Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seberapa Parah Perubahan Iklim Saat ini?

21 Desember 2024   14:12 Diperbarui: 21 Desember 2024   14:12 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca Ekstrem yang Semakin Menghantui

Salah satu tanda paling nyata dari perubahan iklim adalah cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Di beberapa wilayah, curah hujan meningkat tajam, menyebabkan banjir besar. Di tempat lain, kekeringan melanda, mengubah lahan pertanian subur menjadi tanah tandus.

Di Indonesia, banjir besar yang melanda Jakarta hampir setiap tahun adalah bukti bahwa perubahan iklim tidak lagi bisa dianggap sebagai masalah masa depan. Laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa curah hujan ekstrem yang disebabkan oleh anomali cuaca kini lebih sering terjadi. Hal ini diperparah oleh penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan.

Di belahan dunia lain, seperti India dan Pakistan, gelombang panas yang terjadi pada 2022 menyebabkan suhu melonjak hingga lebih dari 50 derajat Celcius di beberapa wilayah. Akibatnya, ratusan orang kehilangan nyawa, sementara hasil panen gagal, memicu kekhawatiran akan krisis pangan.

Krisis Pangan dan Air Bersih

Perubahan iklim tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga membawa dampak langsung pada kehidupan manusia, terutama dalam hal pangan dan air. Kekeringan yang terjadi akibat perubahan pola cuaca mengurangi ketersediaan air untuk irigasi. Petani di berbagai belahan dunia menghadapi tantangan besar dalam menghasilkan makanan yang cukup untuk populasi yang terus bertambah.

Di Afrika, wilayah Sahel telah menjadi saksi nyata betapa perubahan iklim dapat mengubah daerah subur menjadi padang gurun. Di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, produksi padi sumber makanan pokok mengalami ancaman besar akibat kekeringan dan banjir yang sering datang bergantian.

Air bersih, yang seharusnya menjadi hak dasar manusia, kini menjadi barang langka di beberapa wilayah. Krisis air seperti ini memicu konflik antar komunitas, bahkan antar negara, ketika mereka berebut sumber daya yang semakin menyusut.

Apa Penyebab Utamanya?

Penyebab utama dari perubahan iklim adalah emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO), metana (CH), dan nitrous oxide (NO). Gas-gas ini terbentuk akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan pertanian intensif.

Menurut data dari Global Carbon Project, emisi CO global pada 2022 mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah. Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa adalah tiga penyumbang terbesar, tetapi negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia juga menyumbang secara signifikan akibat ketergantungan pada batu bara dan ekspansi sektor agrikultur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun