Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Perjalanan Bakso dari Warisan Budaya Hingga Menjadi Makanan Favorite Masyarakat

21 Desember 2024   11:43 Diperbarui: 21 Desember 2024   11:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakso malang kuah gurih isi komplet. (SHUTTERSTOCK/TYASINDAYANTI)

Bakso, kuliner berbentuk bulat yang sering disajikan dalam mangkuk berisi kuah hangat, telah menjadi makanan yang sangat akrab di lidah masyarakat Indonesia. Hampir di setiap sudut negeri, dari warung kecil di gang sempit hingga restoran mewah di pusat kota, kamu akan menemukan hidangan ini. Popularitasnya bahkan melampaui batas sosial, budaya, dan generasi. Namun, seberapa jauh kita memahami sejarah panjang di balik makanan favorit ini? Apa yang membuat bakso begitu digemari hingga mampu bertahan dari generasi ke generasi?

Bakso bukan hanya sekadar makanan. Di balik semangkuknya, ada sejarah panjang, transformasi budaya, dan adaptasi yang penuh inovasi. Mari kita telaah lebih dalam perjalanan panjang bakso, dari awal mula pembuatannya hingga akhirnya menjadi ikon kuliner nasional yang mendunia.

Sejarah Awal Baksi

Jika kamu pernah bertanya-tanya dari mana asal bakso, jawabannya berakar pada tradisi kuliner Tiongkok. Bakso awalnya muncul di Provinsi Fujian, Tiongkok, sebagai hidangan yang dibuat dari daging giling berbentuk bola. Kata "bakso" sendiri berasal dari dialek Hokkien, yaitu "bak" yang berarti daging, dan "so" yang berarti giling. Dalam budaya Tiongkok, bakso sering digunakan sebagai bagian dari perayaan, melambangkan kesatuan dan keberuntungan.

Masuknya bakso ke Indonesia berkaitan erat dengan gelombang migrasi masyarakat Tiongkok ke Nusantara pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Para pendatang membawa tradisi kuliner mereka, termasuk bakso, yang kemudian diadaptasi sesuai dengan selera lokal. Dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim, bakso berbahan dasar daging babi kemudian diganti menjadi daging sapi, sehingga dapat diterima oleh lebih banyak kalangan.

Saat itu, bakso masih menjadi makanan rumahan yang disajikan pada momen-momen khusus. Namun, penyebarannya mulai meluas seiring dengan urbanisasi dan perkembangan perdagangan di kota-kota pelabuhan seperti Semarang, Surabaya, dan Batavia (sekarang Jakarta). Dari sinilah bakso perlahan-lahan menjelma menjadi hidangan yang dapat dinikmati oleh masyarakat lintas budaya.

Bakso dan Transformasi Budaya di Indonesia

Di Indonesia, bakso tidak sekadar menjadi makanan; ia telah menjadi bagian dari budaya kuliner yang melekat dalam kehidupan sehari-hari. Ada alasan mengapa bakso begitu mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu alasannya adalah fleksibilitasnya. Bakso bisa dinikmati kapan saja sebagai camilan ringan di sore hari, makanan utama saat makan siang, atau bahkan penghangat tubuh di malam hari.

Selain itu, bakso memiliki rasa yang universal. Kuah kaldu yang gurih, tekstur bola daging yang kenyal, serta tambahan pelengkap seperti mi, tahu, dan pangsit menciptakan harmoni rasa yang dapat dinikmati oleh semua orang. Keunikan bakso juga terletak pada cara penyajiannya yang berbeda di setiap daerah. Misalnya, bakso Malang dikenal dengan taburan pangsit gorengnya, sementara bakso Solo memiliki ciri khas berupa daging yang lebih lembut dan kuah yang bening.

Namun, yang paling menarik adalah bagaimana bakso bertransformasi menjadi makanan jalanan yang merakyat. Pedagang bakso gerobak mulai menjamur pada awal abad ke-20. Dengan harga yang terjangkau dan rasa yang nikmat, bakso menjadi pilihan favorit masyarakat dari berbagai lapisan sosial. Dalam perkembangannya, pedagang kaki lima ini bahkan menjadi ikon budaya, mencerminkan kreativitas dan semangat kewirausahaan rakyat kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun