Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ketidaksiapan Mental Gen Z untuk Membesarkan Anak

19 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 19 Desember 2024   16:36 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era yang terus berubah dengan cepat, Generasi Z yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 berada di persimpangan antara tradisi dan inovasi. Sebagai generasi pertama yang tumbuh dalam era digital, mereka menghadapi tantangan yang belum pernah dihadapi generasi sebelumnya. Salah satu isu yang semakin mencuat adalah ketidaksiapan mental Generasi Z untuk membesarkan anak.

Mengapa banyak di antara mereka merasa tidak siap? Apakah ini disebabkan oleh perubahan nilai-nilai kehidupan, tekanan sosial, atau tantangan mental yang lebih mendalam? Artikel ini akan membahas masalah tersebut secara komprehensif dan mendalam, mengupas faktor-faktor yang memengaruhi serta dampaknya terhadap masa depan masyarakat.

Membesarkan Anak Tanggung Jawab Besar di Era Modern

Membesarkan anak bukan hanya soal menyediakan kebutuhan materi, tetapi juga membentuk karakter, memberikan pendidikan, dan memastikan anak tumbuh dalam lingkungan yang stabil secara emosional. Di masa lalu, tanggung jawab ini sering dipandang sebagai sesuatu yang wajar dan tidak perlu dipertanyakan. Namun, bagi Generasi Z, hal ini justru menjadi beban besar yang membutuhkan kesiapan mental yang matang.

Generasi Z hidup dalam dunia yang penuh tekanan. Mereka tumbuh dengan ekspektasi yang tinggi, baik dari keluarga maupun masyarakat. Di sisi lain, mereka juga dihadapkan pada dunia yang penuh ketidakpastian, mulai dari krisis ekonomi, perubahan iklim, hingga dinamika sosial yang kompleks. Dalam situasi ini, membesarkan anak sering kali terasa seperti beban tambahan yang sulit untuk diemban.

Tekanan Sosial dan Budaya Media Sosial

Salah satu ciri khas Generasi Z adalah keterhubungan mereka dengan dunia digital. Media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, di balik kemudahan komunikasi yang ditawarkan, media sosial juga membawa dampak negatif yang tidak bisa diabaikan.

Kehidupan di media sosial sering kali menampilkan gambaran keluarga ideal yang tampak sempurna. Hal ini menciptakan tekanan sosial bagi Generasi Z untuk memenuhi standar yang sama. Banyak dari mereka merasa takut gagal, tidak mampu menjadi orang tua yang "sempurna", atau tidak siap menghadapi tuntutan yang begitu besar.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Pew Research Center menunjukkan bahwa media sosial dapat meningkatkan perasaan cemas dan depresi, terutama di kalangan generasi muda. Ketika mereka dihadapkan pada tanggung jawab besar seperti membesarkan anak, tekanan ini semakin memperburuk kondisi mental mereka.

Pergeseran Nilai Hidup  Dari Tradisional ke Modern

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun