Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Segelap Apa Ekonomi di 2025? Menerawang Tantangan dan Peluang di Masa Depan

19 Desember 2024   09:25 Diperbarui: 19 Desember 2024   09:25 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan kita berdiri di depan jendela besar yang memperlihatkan lanskap ekonomi global. Kabut tebal menutupi sebagian besar pandangan, menyisakan teka-teki: apakah yang menanti kita di tahun 2025? Dalam situasi dunia yang semakin kompleks, prediksi ekonomi tak ubahnya seperti menafsirkan peta cuaca dengan pola yang terus berubah. Pertanyaan besar adalah, segelap apa ekonomi pada tahun itu? Mari kita selami lebih dalam, dengan memahami tantangan global, dampaknya terhadap Indonesia, serta peluang yang masih terbuka.

Dinamika Ekonomi Global Menuju 2025

Ekonomi dunia ibarat kapal besar yang tengah menghadapi gelombang laut bergelora. Pandemi COVID-19 menjadi badai pertama yang mengguncang kapal ini, melambatkan laju pertumbuhan global hingga level terendah dalam beberapa dekade. Hingga kini, efek pandemi masih terasa, meskipun dunia perlahan bangkit. Tetapi, setelah badai pandemi, muncul badai-badai lain yang tak kalah besar.

Ketidakpastian geopolitik menjadi salah satu ancaman paling signifikan. Perang antara Rusia dan Ukraina tidak hanya menghancurkan wilayah fisik, tetapi juga mengganggu pasokan energi dan pangan dunia. Harga minyak melonjak drastis selama 2022 dan 2023, memicu inflasi di banyak negara. Pada saat yang sama, perseteruan antara Amerika Serikat dan China dalam teknologi dan perdagangan menciptakan fragmentasi baru di rantai pasok global.

Bukti nyata dari dampak ini bisa dilihat dalam laporan Bank Dunia, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat menjadi sekitar 2,6% pada tahun 2025, jauh di bawah rata-rata historis. Jika ketegangan ini tidak segera mereda, ekonomi dunia akan semakin sulit bergerak maju.

Namun, geopolitik bukan satu-satunya masalah. Perubahan iklim menambah beban besar pada perekonomian global. Fenomena cuaca ekstrem, seperti banjir besar di Pakistan yang merendam sepertiga negara itu pada 2022, mengakibatkan kerugian ekonomi hingga miliaran dolar. Sementara itu, kekeringan di wilayah Afrika Timur terus memengaruhi produksi pangan, memperparah kelaparan yang sudah ada.

Laporan dari Swiss Re Institute menunjukkan bahwa kerugian ekonomi global akibat perubahan iklim bisa mencapai $23 triliun pada 2050 jika tidak ada langkah nyata untuk menguranginya. Meskipun 2025 mungkin terasa lebih dekat daripada 2050, arah kebijakan lingkungan dan investasi saat ini akan menentukan seberapa besar dampaknya di masa depan.

Tantangan Teknologi Berkah atau Ancaman?

Teknologi sering dilihat sebagai obor harapan yang akan membawa kita keluar dari gelapnya masa depan ekonomi. Kecerdasan buatan, otomatisasi, dan blockchain menjanjikan efisiensi dan inovasi yang luar biasa. Namun, di sisi lain, teknologi juga menghadirkan ancaman serius terhadap stabilitas sosial dan ekonomi.

Sebuah studi dari World Economic Forum memperkirakan bahwa pada 2025, sekitar 85 juta pekerjaan akan hilang akibat otomatisasi. Sektor-sektor seperti manufaktur, transportasi, dan administrasi adalah yang paling rentan. Dampaknya jelas: ketimpangan sosial akan meningkat jika masyarakat tidak segera menyesuaikan diri dengan perubahan ini.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, ancaman ini semakin terasa. Banyak tenaga kerja yang masih bergantung pada keterampilan manual dan semi-manual, yang mudah digantikan oleh mesin. Jika pemerintah dan sektor swasta tidak mempercepat program pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan, pengangguran struktural akan menjadi masalah besar pada 2025.

Namun, sisi positifnya, teknologi juga menciptakan peluang baru. Perdagangan digital, layanan berbasis cloud, dan fintech telah membuka pasar yang sebelumnya sulit dijangkau. Di Indonesia, e-commerce berkembang pesat dengan pertumbuhan tahunan dua digit, memberikan harapan bahwa sektor ini bisa menjadi salah satu pilar ekonomi di masa depan.

Posisi Indonesia dalam Lanskap Ekonomi Global

Jika kita beralih ke konteks nasional, situasi Indonesia juga tidak lepas dari tantangan yang mengadang. Sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peran strategis di kawasan. Namun, berbagai faktor domestik dan global turut memengaruhi stabilitas ekonomi dalam negeri.

Salah satu tantangan utama adalah beban utang pemerintah. Selama pandemi, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dana besar untuk mendukung program pemulihan ekonomi. Meskipun langkah ini berhasil menahan dampak terburuk dari krisis, konsekuensinya adalah peningkatan utang negara. Pada 2024, rasio utang terhadap PDB Indonesia telah mendekati ambang batas 40%. Jika tidak dikelola dengan hati-hati, beban utang ini bisa menjadi bom waktu yang mengancam stabilitas fiskal pada 2025.

Selain itu, ketimpangan ekonomi antarwilayah masih menjadi masalah yang belum terselesaikan. Sebagian besar aktivitas ekonomi terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara wilayah lain seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara masih tertinggal jauh. Ketimpangan ini tidak hanya mencerminkan ketidakadilan, tetapi juga berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Indonesia juga menghadapi risiko dari ketergantungan pada ekspor komoditas. Batu bara dan minyak kelapa sawit, dua komoditas utama yang menjadi tulang punggung ekspor Indonesia, sangat rentan terhadap fluktuasi harga global. Jika harga kedua komoditas ini anjlok pada 2025, dampaknya akan signifikan terhadap penerimaan negara dan perekonomian domestik.

Namun, tidak semua berita tentang Indonesia bersifat negatif. Ada juga potensi besar yang dapat menjadi sumber optimisme. Populasi muda Indonesia, yang mencapai lebih dari 60% dari total penduduk, adalah aset yang sangat berharga. Jika pemerintah mampu meningkatkan akses pendidikan dan pelatihan keterampilan, tenaga kerja muda ini dapat menjadi motor penggerak ekonomi di masa depan.

Digitalisasi juga menawarkan peluang besar. Selama beberapa tahun terakhir, sektor teknologi di Indonesia tumbuh pesat. Banyak perusahaan rintisan (startup) di bidang e-commerce, fintech, dan logistik berhasil menarik investasi besar dari dalam dan luar negeri. Jika tren ini berlanjut, digitalisasi dapat menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025.

Harapan di Tengah Ketidakpastian

Meskipun banyak tantangan, ekonomi global dan Indonesia tidak sepenuhnya berada di jalan gelap menuju 2025. Ada secercah harapan yang bisa kita pegang, terutama jika kita mampu mengambil langkah yang tepat.

Pertama, kerja sama internasional harus diperkuat. Dunia tidak bisa menyelesaikan masalah geopolitik, perubahan iklim, atau pandemi berikutnya tanpa kolaborasi yang lebih erat. Indonesia, sebagai anggota G20, memiliki posisi strategis untuk mendorong agenda ini di tingkat global.

Kedua, investasi pada sumber daya manusia menjadi kunci. Teknologi dan otomatisasi tidak bisa dihindari, tetapi masyarakat harus dibekali dengan keterampilan yang relevan. Pendidikan vokasi, pelatihan ulang, dan pemberdayaan perempuan adalah langkah-langkah penting untuk menciptakan tenaga kerja yang adaptif.

Ketiga, diversifikasi ekonomi harus menjadi prioritas. Ketergantungan pada komoditas membuat Indonesia rentan terhadap fluktuasi pasar global. Pengembangan sektor manufaktur, pariwisata, dan jasa berbasis teknologi dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menciptakan ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Tahun 2025 mungkin terlihat suram jika kita hanya fokus pada tantangan. Namun, masa depan tidak pernah sepenuhnya ditentukan oleh masalah yang ada, melainkan oleh cara kita menghadapinya. Ekonomi, seperti halnya kehidupan, adalah perjalanan penuh dinamika.

Kamu, sebagai bagian dari masyarakat global, memiliki peran penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik. Apakah itu melalui perubahan kecil seperti mendukung bisnis lokal, atau langkah besar seperti mendorong kebijakan yang inklusif, setiap tindakan memiliki dampaknya.

Jadi, segelap apa ekonomi di 2025? Itu tergantung pada langkah-langkah yang kita ambil hari ini. Jika kita memilih untuk bekerja sama, berinovasi, dan beradaptasi, maka 2025 tidak hanya akan menjadi tahun penuh tantangan, tetapi juga penuh harapan dan peluang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun