Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Realita dimana Generasi Emas Dilabeli Remaja Jompo

18 Desember 2024   14:28 Diperbarui: 18 Desember 2024   14:28 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika generasi emas ini tidak berada dalam kondisi fisik dan mental yang optimal, peluang besar yang ditawarkan oleh bonus demografi bisa terlewatkan. Selain itu, meningkatnya kasus penyakit kronis di usia muda juga bisa membebani sistem kesehatan nasional.

Lebih jauh lagi, generasi muda yang terus-menerus merasa lelah atau kehilangan motivasi dapat mengalami penurunan produktivitas. Hal ini tentu akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan daya saing bangsa di kancah global.

Mencari Jalan Keluar

Mengatasi fenomena ini membutuhkan upaya bersama, baik dari individu, keluarga, institusi pendidikan, hingga pemerintah. Perubahan kecil dalam gaya hidup bisa memberikan dampak besar. Misalnya, memperbaiki pola tidur, mengadopsi pola makan yang lebih sehat, hingga rutin berolahraga.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental. Dukungan dari keluarga dan lingkungan sangat berperan dalam membantu generasi muda menghadapi tekanan hidup. Program konseling di sekolah atau tempat kerja, misalnya, bisa menjadi langkah awal untuk menciptakan generasi yang lebih tangguh secara emosional.

Media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk membangun narasi positif. Alih-alih mempopulerkan istilah "remaja jompo," platform ini bisa digunakan untuk menyebarkan konten yang memotivasi dan edukatif, seperti tips hidup sehat, manajemen stres, atau cerita inspiratif.

Kesimpulan

Label "remaja jompo" memang menjadi fenomena menarik di kalangan generasi muda. Di satu sisi, istilah ini menggambarkan keresahan yang nyata. Namun, di sisi lain, ia juga menunjukkan potensi besar yang masih bisa digali.

Generasi Z, dengan segala tantangan yang mereka hadapi, tetap memiliki peluang besar untuk menjadi generasi emas. Namun, peluang ini hanya bisa diwujudkan jika mereka mampu mengatasi berbagai kendala, baik fisik maupun mental.

Kini saatnya kita berhenti melihat generasi muda sebagai "jompo" dan mulai mendukung mereka untuk menjadi lebih sehat, kuat, dan berdaya. Dengan begitu, julukan generasi emas tidak hanya menjadi sebutan, tetapi juga cerminan dari kontribusi nyata mereka bagi bangsa dan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun