Tekanan Hidup yang Kian Berat
Generasi Z tidak hanya menghadapi tantangan fisik, tetapi juga mental. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, mereka hidup di era dengan tekanan yang jauh lebih kompleks. Tuntutan akademik, persaingan di dunia kerja, hingga ekspektasi sosial yang dibangun melalui media sosial menjadi beban besar yang harus mereka pikul.
Media sosial, meski menawarkan hiburan dan koneksi, juga menjadi sumber tekanan yang tak terduga. Platform seperti Instagram atau TikTok sering kali menjadi arena pameran kesuksesan. Ketika melihat orang lain yang tampak selalu bahagia, produktif, dan sukses, banyak anak muda yang merasa tertinggal. Perasaan ini bisa memicu kecemasan, depresi, atau bahkan krisis identitas.
Selain itu, budaya kerja berlebihan atau hustle culture semakin memperparah keadaan. Generasi muda sering kali didorong untuk terus bekerja keras tanpa henti demi mencapai kesuksesan. Istilah seperti "no pain, no gain" menjadi mantra yang justru menormalisasi kelelahan. Padahal, tubuh dan pikiran manusia memiliki batas. Ketika tekanan ini terus-menerus dibiarkan, kelelahan fisik dan mental menjadi konsekuensi yang tak terhindarkan.
Benarkah Generasi Muda Lebih Cepat "Menua"?
Fenomena "remaja jompo" ini sering kali diasosiasikan dengan penuaan dini. Namun, apakah generasi muda saat ini benar-benar menua lebih cepat dibandingkan generasi sebelumnya?
Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup modern memang dapat mempercepat proses penuaan biologis. Sebuah studi yang dilakukan oleh University of California mengungkapkan bahwa stres kronis dapat memengaruhi panjang telomere, yaitu struktur di ujung kromosom yang berperan dalam menentukan usia sel. Ketika telomere memendek lebih cepat akibat stres, proses penuaan biologis pun dipercepat.
Selain itu, paparan radikal bebas dari polusi udara, makanan tidak sehat, hingga penggunaan gawai yang berlebihan juga berkontribusi pada percepatan penuaan. Misalnya, paparan cahaya biru dari layar gawai diketahui dapat merusak struktur kulit dan menyebabkan penuaan dini.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua keluhan yang dialami generasi muda sepenuhnya disebabkan oleh penuaan. Banyak di antaranya lebih berkaitan dengan pola hidup dan manajemen stres yang buruk. Dengan kata lain, meski istilah "remaja jompo" terdengar relevan, masalah ini sebenarnya bisa diatasi dengan perubahan gaya hidup.
Dampak Jangka Panjang terhadap Masa Depan Bangsa
Fenomena ini tidak boleh dianggap remeh. Jika dibiarkan, generasi muda yang terus merasa "jompo" bisa berdampak buruk pada masa depan bangsa. Mereka adalah tulang punggung pembangunan, terutama dalam menghadapi bonus demografi yang diproyeksikan mencapai puncaknya pada tahun 2030.