Dampak Serius bagi Siswa
Mungkin kamu berpikir bahwa masalah toilet hanya soal kenyamanan semata, tetapi kenyataannya jauh lebih serius dari itu. Toilet yang kotor dan tidak layak dapat menjadi sumber berbagai penyakit, mulai dari diare, infeksi saluran kemih, hingga penyakit kulit. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, diare masih menjadi salah satu penyebab utama kematian anak di Indonesia, dan salah satu pemicunya adalah sanitasi yang buruk.
Bagi siswa perempuan, masalah ini bahkan lebih rumit. Toilet yang tidak menyediakan air bersih dan tidak memiliki privasi yang memadai sering kali membuat mereka enggan pergi ke toilet saat menstruasi. Akibatnya, banyak dari mereka memilih menahan buang air atau bahkan tidak masuk sekolah selama periode menstruasi. Kondisi ini tentu saja berdampak pada prestasi akademik mereka.
Selain itu, toilet yang tidak layak juga memengaruhi psikologi siswa. Banyak siswa yang merasa malu atau jijik menggunakan toilet sekolah. Hal ini dapat menurunkan konsentrasi mereka di kelas, karena mereka harus menahan buang air hingga pulang ke rumah. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memengaruhi kesehatan mental mereka, karena kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi dengan baik.
Ketidakadilan dalam Akses Sanitasi
Masalah toilet sekolah juga mencerminkan ketimpangan akses sanitasi di Indonesia. Sekolah-sekolah di daerah perkotaan mungkin memiliki toilet yang relatif lebih baik, meskipun tidak selalu ideal. Namun, di daerah pedesaan dan terpencil, kondisi toilet sering kali sangat buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa di Indonesia yang belum mendapatkan hak dasar mereka untuk memiliki lingkungan belajar yang sehat dan layak.
Ketidakadilan ini juga terlihat dari perbedaan kebijakan antarwilayah. Beberapa pemerintah daerah mungkin memiliki program khusus untuk memperbaiki fasilitas sanitasi di sekolah, tetapi banyak juga yang tidak menganggap hal ini sebagai prioritas. Akibatnya, siswa di daerah tertentu terus mengalami penderitaan akibat fasilitas yang tidak memadai.
Solusi yang Masih Terseok
Upaya untuk mengatasi masalah toilet sekolah sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga organisasi non-pemerintah. Namun, hasilnya belum maksimal. Misalnya, program sanitasi berbasis masyarakat yang digagas oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memang berhasil memperbaiki sebagian toilet sekolah di beberapa wilayah, tetapi cakupannya masih sangat terbatas.
Selain itu, banyak sekolah yang kesulitan dalam merawat toilet yang sudah diperbaiki. Tanpa adanya anggaran rutin dan edukasi yang berkelanjutan, toilet yang awalnya bersih dan layak sering kali kembali rusak dalam waktu singkat. Ini menunjukkan bahwa perbaikan fisik saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan perubahan pola pikir dan budaya.
Melihat dari Negara Lain