Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masalah Toilet Sekolah, Persoalan yang Tak Pernah Usai

15 Desember 2024   15:19 Diperbarui: 15 Desember 2024   15:19 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian orang, toilet sekolah mungkin dianggap persoalan kecil yang tidak membutuhkan perhatian lebih. Namun, bagi siswa yang menghabiskan hampir sepertiga waktu mereka setiap hari di sekolah, keberadaan toilet yang layak merupakan kebutuhan mendasar. Kenyataannya, kondisi toilet sekolah di banyak wilayah Indonesia justru sangat memprihatinkan. Mulai dari fasilitas yang rusak, bau menyengat, hingga ketiadaan air bersih, semua ini menjadi potret buram yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Masalah toilet sekolah bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga mencerminkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan penghargaan terhadap hak anak. Ketika kita membahas toilet sekolah, kita tidak sedang berbicara tentang masalah fasilitas semata, melainkan sebuah isu kompleks yang melibatkan anggaran, perilaku manusia, hingga kebijakan yang tidak berpihak pada kebutuhan siswa.

Kondisi Memprihatinkan di Lapangan

Jika kamu pernah berkunjung ke sekolah-sekolah di pelosok negeri, pemandangan toilet yang kumuh, rusak, dan minim kebersihan mungkin bukanlah hal asing. Dalam banyak kasus, toilet ini hanya menjadi ruang sempit dengan dinding penuh coretan dan lantai yang becek akibat kebocoran pipa atau kurangnya perawatan.

Sebuah survei yang dilakukan oleh UNICEF pada 2019 menunjukkan bahwa sekitar 20 persen sekolah di Indonesia tidak memiliki toilet yang layak. Bahkan, di beberapa wilayah pedesaan, siswa terpaksa menggunakan toilet seadanya yang berbentuk lubang di tanah tanpa pintu. Kondisi ini sangat berbahaya, terutama bagi siswa perempuan yang membutuhkan privasi lebih, terutama saat menstruasi.

Ketiadaan air bersih di banyak toilet sekolah juga menjadi persoalan yang serius. Masalah ini tidak hanya terjadi di daerah pelosok, tetapi juga di kota-kota besar. Ironisnya, di tengah gencarnya kampanye kebersihan tangan untuk mencegah penyebaran penyakit seperti diare, banyak toilet sekolah bahkan tidak menyediakan sabun atau wastafel yang memadai.

Mengapa Toilet Sekolah Selalu Bermasalah?

Masalah toilet sekolah tidak muncul begitu saja, melainkan akibat dari berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satu penyebab utamanya adalah minimnya alokasi anggaran untuk perawatan dan pembangunan fasilitas sanitasi di sekolah. Pemerintah memang telah memberikan dana bantuan operasional sekolah (BOS), tetapi prioritas penggunaannya sering kali lebih difokuskan untuk keperluan pembelajaran, seperti pengadaan buku dan alat peraga. Akibatnya, kebutuhan dasar seperti toilet sering kali terabaikan.

Namun, masalah ini tidak bisa sepenuhnya disalahkan pada keterbatasan anggaran. Ada juga persoalan budaya dan kebiasaan. Sebagian besar masyarakat kita cenderung memandang toilet sebagai fasilitas tambahan yang tidak perlu mendapat perhatian khusus. Akibatnya, toilet sering kali dibiarkan rusak tanpa ada upaya perbaikan yang serius.

Di sisi lain, perilaku pengguna juga berkontribusi pada buruknya kondisi toilet sekolah. Banyak siswa yang belum memahami pentingnya menjaga kebersihan toilet, seperti tidak menyiram setelah buang air atau membuang sampah sembarangan. Hal ini diperparah dengan kurangnya edukasi mengenai pentingnya kebersihan dan kesehatan sanitasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun