Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Saatnya Naik Level dari Mengelola Sampah ke Memanfaatkannya

15 Desember 2024   07:57 Diperbarui: 15 Desember 2024   11:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendekatan baru yang perlu diambil adalah memanfaatkan sampah. Apa maksudnya? Sampah tidak lagi hanya dianggap sebagai barang buangan, tetapi sebagai sumber daya. Konsep ini sering disebut sebagai waste-to-resource atau pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular. 

Dalam ekonomi sirkular, sampah yang dihasilkan oleh satu sektor dapat digunakan sebagai bahan baku untuk sektor lainnya, menciptakan siklus berkelanjutan yang mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi sumber daya.

Bayangkan jika sampah organik di rumah tangga diubah menjadi kompos yang bisa digunakan untuk menyuburkan tanah. Atau jika sampah plastik yang selama ini mencemari laut diolah menjadi bahan baku untuk produk baru, seperti furnitur atau bahan bangunan. Dengan memanfaatkan sampah, kita tidak hanya mengurangi beban lingkungan, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru.

Bukti bahwa Sampah Bisa Menjadi Sumber Daya Bernilai

Beberapa daerah di Indonesia sudah membuktikan bahwa sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai. Di Bali, misalnya, terdapat inisiatif Bank Sampah yang memungkinkan warga menukarkan sampah plastik dengan uang. Sistem ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah, tetapi juga memberikan insentif ekonomi bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Contoh lain adalah proyek Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Bantargebang, Jakarta. Selain mengolah sampah organik menjadi pupuk, TPST ini juga menghasilkan gas metana yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Gas metana yang sebelumnya hanya terbuang dan mencemari udara kini menjadi sumber energi terbarukan yang bermanfaat.

Tidak hanya di Indonesia, negara lain juga telah menunjukkan keberhasilan memanfaatkan sampah. Di Swedia, lebih dari 99% sampah rumah tangga didaur ulang atau diubah menjadi energi. 

Sampah plastik, misalnya, diolah menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik, yang kemudian menghasilkan energi bagi ribuan rumah. Bahkan, Swedia kekurangan sampah sehingga mereka mengimpor sampah dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listriknya.

Apa yang Perlu Dilakukan untuk Memanfaatkan Sampah di Indonesia?

Meski konsep memanfaatkan sampah terdengar menjanjikan, penerapannya di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, infrastruktur pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat minim. Banyak daerah yang belum memiliki fasilitas daur ulang, apalagi teknologi canggih seperti yang dimiliki negara maju. Kedua, kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah juga masih rendah. Tanpa pemilahan yang baik, proses daur ulang menjadi jauh lebih sulit dan mahal.

Namun, tantangan ini bukan berarti tidak bisa diatasi. Kita perlu melakukan perubahan secara menyeluruh, mulai dari tingkat individu hingga kebijakan pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun