Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Menata Hidup untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik

10 Desember 2024   16:36 Diperbarui: 10 Desember 2024   16:36 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hidup Bahagia.Pixabay.com/ShooInau 

Di zaman yang serba cepat ini, kita sering kali terjebak dalam kebiasaan mengejar lebih banyak lebih banyak uang, lebih banyak barang, lebih banyak pengakuan. Namun, tanpa kita sadari, pola pikir seperti ini membuat kita kehilangan kendali atas kehidupan. Kita terlalu sibuk memenuhi ekspektasi orang lain hingga lupa akan kebutuhan kita sendiri. Tidak jarang, kita merasa lelah secara mental, kehilangan arah, dan mulai bertanya: Apakah semua ini sepadan?

Kesederhanaan hidup hadir sebagai jawaban atas kekacauan tersebut. Di tengah kemelut kehidupan modern, menyederhanakan hidup bukan hanya menjadi tren gaya hidup, tetapi juga sebuah kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental. Dengan memilih untuk hidup lebih sederhana, kita menciptakan ruang bagi diri sendiri untuk bernapas, berpikir jernih, dan menemukan kembali makna hidup yang sesungguhnya.

Mengapa Hidup Modern Rentan Menguras Kesehatan Mental?

Untuk memahami pentingnya menyederhanakan kehidupan, kita perlu melihat realitas di sekitar. Dunia modern menawarkan berbagai kemudahan melalui teknologi dan inovasi. Namun, di balik kemudahan itu, ada sisi gelap yang tidak dapat diabaikan. Tekanan sosial yang terus meningkat, arus informasi tanpa henti, dan standar kesuksesan yang sulit diraih menjadi penyebab utama meningkatnya gangguan mental seperti stres, kecemasan, dan depresi.

Sebuah studi dari American Psychological Association mengungkapkan bahwa lebih dari 75% orang dewasa melaporkan mengalami stres signifikan yang memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Penyebabnya bervariasi, mulai dari pekerjaan yang menuntut, hingga kecanduan media sosial yang mendorong perbandingan sosial. Di Indonesia, fenomena serupa terlihat dari data Kementerian Kesehatan yang menunjukkan peningkatan jumlah penderita gangguan mental dalam beberapa tahun terakhir.

Kehidupan modern tidak hanya menguras energi fisik, tetapi juga mengikis ketenangan batin. Kita dihadapkan pada pilihan tak berujung, tugas yang menumpuk, dan keinginan untuk selalu terhubung dengan dunia luar. Akibatnya, kita merasa kewalahan dan kehilangan kendali atas hidup.

Kesederhanaan sebagai Jawaban atas Kekacauan

Bayangkan seorang petani di pedesaan yang hidup dengan keterbatasan materi. Dalam kesederhanaan itu, ia menikmati makanan hasil panennya sendiri, tidur nyenyak di malam hari, dan bersosialisasi dengan orang-orang terdekat. Kebahagiaannya tidak diukur dari apa yang ia miliki, tetapi dari hubungan yang ia bangun dan ketenangan yang ia rasakan.

Kisah ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari memiliki segalanya, tetapi dari menghargai hal-hal yang benar-benar penting. Inilah inti dari hidup sederhana: melepaskan apa yang tidak perlu agar kita bisa fokus pada apa yang membuat hidup bermakna.

Ketika kamu memilih kesederhanaan, kamu tidak hanya membersihkan rumah dari barang-barang yang tidak penting, tetapi juga membersihkan pikiran dari beban yang tidak perlu. Kamu mulai menyadari bahwa kebahagiaan tidak terletak pada memiliki lebih banyak, melainkan pada merasa cukup dengan apa yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun