Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Era Digital Mengikis Gotong Royong di Tengah Masyarakat

9 Desember 2024   11:58 Diperbarui: 9 Desember 2024   13:06 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gotong Royong yang Terkikis.Chatgpt.com

Gotong royong, semangat yang telah mengakar dalam budaya Indonesia, kini menghadapi tantangan besar. Di tengah gegap gempita era digital, solidaritas yang dulu erat terpaut mulai terkikis. Tidak ada lagi kisah bahu-membahu membangun jembatan atau membersihkan sungai seperti dahulu. Sebaliknya, manusia modern tenggelam dalam dunia maya, terisolasi di balik layar. Tapi, apakah era digital sepenuhnya harus disalahkan? Mari kita menelusuri fenomena ini lebih dalam.

Digitalisasi dan Erosi Solidaritas Sosial

Perkembangan teknologi telah mengubah cara manusia hidup dan berinteraksi. Sejak revolusi digital merasuk ke setiap lapisan masyarakat, jarak yang dulu terasa jauh kini dapat ditempuh dalam hitungan detik melalui komunikasi virtual. Namun, kemudahan ini membawa konsekuensi serius: ikatan sosial di dunia nyata semakin longgar.

  • Fenomena Individualisme Baru

    Perubahan ini sangat terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Dahulu, warga desa kerap berkumpul untuk bekerja bersama, mulai dari membangun rumah hingga merayakan hajatan. Kini, bantuan lebih sering berupa transfer dana atau pesan singkat di aplikasi obrolan. Orang merasa cukup berkontribusi hanya dengan mengirimkan sejumlah uang tanpa harus hadir secara fisik.

Sebuah survei pada tahun 2020 oleh lembaga riset sosial We Are Social menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan hampir sembilan jam sehari di depan layar ponsel dan komputer. Ketergantungan ini secara perlahan mengurangi interaksi langsung. Akibatnya, nilai-nilai seperti keakraban dan gotong royong mulai memudar.

  • Teknologi Menggantikan Peran Sosial

    Seiring dengan berkembangnya layanan digital, masyarakat mulai mengandalkan aplikasi untuk menyelesaikan tugas yang dulu melibatkan kerja sama komunitas. Ojek online, layanan pesan antar makanan, hingga jasa belanja daring menggantikan interaksi sederhana antarwarga. Contohnya, seorang ibu yang dulu meminta bantuan tetangga untuk menjaga anaknya kini lebih memilih jasa babysitter yang bisa dipesan melalui aplikasi.


Media Sosial  Penghubung atau Pemisah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun