Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pajak dari Kita, Seharusnya untuk Kita!

9 Desember 2024   08:51 Diperbarui: 9 Desember 2024   14:36 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pembayaran Pajak Kepada Negara. Pixabay.com/Ralphs_Fotos 

Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pengelolaan pajak sebenarnya berakar pada satu masalah mendasar: kurangnya transparansi. Banyak orang tidak tahu ke mana pajak yang mereka bayarkan mengalir. Pemerintah memang rutin merilis laporan keuangan tahunan, tetapi dokumen tersebut sering kali sulit dipahami oleh masyarakat awam.

Di negara-negara maju seperti Swedia atau Norwegia, transparansi menjadi prioritas. Pemerintah di sana membuat sistem daring di mana setiap warga negara bisa memantau bagaimana pajak mereka digunakan, bahkan hingga detail terkecil. Hal ini memberikan rasa kepemilikan kepada masyarakat dan mendorong mereka untuk lebih patuh dalam membayar pajak.

Indonesia sebenarnya telah berupaya menuju arah ini. Sistem pelaporan pajak online seperti e-filing adalah langkah maju. Namun, transparansi penggunaan pajak masih jauh dari harapan. Rakyat membutuhkan bukti nyata, bukan sekadar janji di atas kertas.

Cerita Tentang Ketidakadilan Pajak di Desa

Bayangkan seorang petani di pelosok Jawa Timur. Ia bekerja keras setiap hari, membajak sawah di bawah terik matahari. Dari hasil panennya yang tidak seberapa, ia tetap membayar pajak bumi dan bangunan. Namun, apa yang ia dapatkan sebagai balasannya? Jalan desa yang rusak parah hingga menghambat distribusi hasil panen.

Cerita ini bukan sekadar anekdot. Menurut laporan BPS pada 2022, lebih dari 30% jalan di daerah pedesaan Indonesia masih dalam kondisi buruk. Sementara itu, dana pembangunan desa sering kali habis tanpa hasil yang jelas. Bukankah ini ironi? Pajak yang dibayar oleh rakyat kecil seperti petani seharusnya digunakan untuk mempermudah hidup mereka, bukan malah menambah beban.

Pajak Alat untuk Membangun Bangsa, Bukan Beban Rakyat

Meski penuh dengan masalah, pajak tetap memiliki potensi besar untuk menjadi alat pembangunan yang efektif. Jika dikelola dengan baik, pajak bisa menjadi fondasi untuk menciptakan negara yang lebih adil dan sejahtera.

Sebagai contoh, lihat bagaimana pajak digunakan untuk membangun layanan kesehatan di negara lain. Di Inggris, sistem kesehatan publik yang dikenal sebagai National Health Service (NHS) sepenuhnya dibiayai oleh pajak. Hasilnya, setiap warga negara Inggris memiliki akses gratis ke layanan kesehatan berkualitas.

Indonesia sebenarnya juga memiliki program serupa melalui BPJS Kesehatan. Namun, perbedaannya terletak pada pengelolaan dan efisiensi. Sistem BPJS masih dibayangi oleh berbagai masalah, mulai dari defisit anggaran hingga layanan yang tidak memadai.

Jika pemerintah ingin menjadikan pajak sebagai alat yang benar-benar bermanfaat, pengelolaan sektor ini harus dibenahi. Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa transparansi, efisiensi, dan fokus pada kebutuhan rakyat adalah kunci utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun