Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melestarikan Budaya Leluhur di Tengah Gempuran Modernisasi

7 Desember 2024   09:36 Diperbarui: 7 Desember 2024   09:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Menjaga Keberlanjutan Nilai-nilai Moral

Nilai-nilai seperti gotong royong, hormat kepada orang tua, dan kepedulian terhadap lingkungan adalah warisan budaya yang membentuk karakter masyarakat Indonesia. Jika nilai-nilai ini hilang, kita akan kehilangan fondasi moral yang menjadi penopang kehidupan sosial.

2. Memperkuat Pariwisata Berbasis Budaya

Budaya adalah aset ekonomi. Wisatawan dari seluruh dunia datang ke Indonesia untuk melihat keunikan tradisi seperti upacara Ngaben di Bali atau pertunjukan Tari Saman dari Aceh. Jika budaya ini hilang, daya tarik pariwisata kita juga akan berkurang drastis.

3. Identitas di Tengah Globalisasi

Di tengah homogenisasi budaya akibat globalisasi, budaya lokal adalah cara untuk membedakan diri. Ini adalah pengingat bahwa kita memiliki akar dan cerita unik yang patut dirayakan.

Upaya untuk Melestarikan Budaya Leluhur

Melestarikan budaya leluhur tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah. Masyarakat, terutama generasi muda, harus dilibatkan secara aktif.

Cerita dari Kampung Naga di Jawa Barat bisa menjadi contoh. Di tengah arus modernisasi, masyarakat Kampung Naga tetap teguh menjaga tradisi mereka. Mereka menjalankan ritual adat, menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari, dan menolak teknologi modern seperti listrik demi mempertahankan keselarasan dengan alam. Meskipun terdengar ekstrem, ini menunjukkan bagaimana komitmen terhadap budaya bisa diwujudkan.

Namun, untuk sebagian besar masyarakat, pelestarian budaya tidak harus berarti meninggalkan modernitas sepenuhnya. Kuncinya adalah adaptasi. Misalnya, gamelan Jawa kini sering dipadukan dengan musik elektronik, menciptakan harmoni baru yang menarik perhatian generasi muda. Tradisi membatik juga dihidupkan kembali melalui inovasi desain yang lebih modern, seperti batik kontemporer yang cocok untuk pakaian sehari-hari.

Selain itu, teknologi digital juga bisa menjadi alat pelestarian budaya. Aplikasi seperti "Duolingo Bahasa Daerah" yang dikembangkan oleh komunitas kreatif di Indonesia, memungkinkan anak muda belajar bahasa daerah melalui smartphone mereka. Ini adalah bukti bahwa budaya leluhur dan teknologi bisa berjalan beriringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun