Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Diskriminasi terhadap Peneliti Wanita

6 Desember 2024   10:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   10:17 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik pencapaian luar biasa yang dihasilkan oleh para peneliti wanita, masih banyak hambatan yang mereka hadapi. Diskriminasi gender dalam dunia riset bukanlah hal baru, namun sering kali disembunyikan di balik prestasi yang seakan menutupi realita pahit yang dialami oleh banyak perempuan. Meskipun jumlah peneliti wanita terus meningkat, kesetaraan yang sesungguhnya dalam dunia akademik dan riset masih jauh dari harapan. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang bentuk diskriminasi yang dialami peneliti wanita, dampaknya terhadap dunia riset, serta solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini.

Diskriminasi Terselubung yang Menghambat Perempuan di Dunia Riset

Bagi banyak peneliti wanita, dunia riset adalah ladang yang penuh tantangan. Terlebih lagi, dalam bidang-bidang yang didominasi oleh pria, seperti teknik, fisika, atau komputer, peneliti wanita harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan perhatian yang layak. Tidak hanya sekadar melawan ketidakadilan sosial, mereka juga harus menghadapi tantangan berupa bias yang terkadang datang dari rekan-rekan mereka sendiri, bahkan dari sistem yang ada.

Peneliti wanita sering kali dihadapkan pada kenyataan bahwa karya mereka diremehkan, bahkan tidak diakui. Misalnya, dalam banyak kasus, meskipun seorang peneliti wanita berperan besar dalam penelitian, namanya sering kali diabaikan dalam publikasi utama, atau kontribusinya tidak diakui secara resmi. Dalam kasus yang lebih parah, mereka tidak diberikan kesempatan untuk berbicara dalam seminar atau konferensi yang seharusnya menjadi ajang untuk berbagi temuan ilmiah.

Seorang peneliti wanita yang berkompeten dan memiliki pencapaian luar biasa, sering kali tidak mendapat apresiasi setara dengan peneliti pria. Ini adalah kenyataan yang tak terbantahkan dalam dunia riset, di mana karyanya lebih sering diremehkan hanya karena ia seorang wanita.

Bias Gender dalam Proses Seleksi Riset dan Pendanaan

Salah satu bentuk diskriminasi yang paling nyata terhadap peneliti wanita adalah bias gender dalam proses seleksi penelitian dan pemberian dana. Banyak studi menunjukkan bahwa meskipun perempuan mengajukan proposal riset yang kompetitif, mereka lebih jarang mendapat pendanaan yang setara dengan rekan pria mereka. Hal ini terjadi karena adanya stereotip bahwa pria lebih mampu memimpin proyek besar atau melakukan riset di bidang tertentu.

Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan oleh Nature, ditemukan bahwa meskipun peneliti wanita dan pria mengajukan proposal dengan jumlah yang sebanding, proposal yang disetujui untuk pendanaan lebih banyak datang dari peneliti pria. Ini bukan karena kualitas proposal pria lebih baik, melainkan karena adanya bias yang tidak disadari oleh pihak pemberi dana. Bias ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari pemilihan kata yang menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan wanita, hingga pandangan bahwa pria lebih "tegas" dan "berani" dalam mengambil risiko riset.

Penting untuk dicatat bahwa situasi ini bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada kemajuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ketika peneliti wanita merasa diabaikan atau dihalangi, mereka cenderung meninggalkan dunia riset atau mengurangi kontribusinya. Ini berarti, potensi besar yang dapat ditawarkan oleh peneliti wanita dalam memajukan ilmu pengetahuan terbuang sia-sia.

Ketidaksetaraan dalam Karier dan Kepemimpinan Akademik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun