Pergeseran Nilai
Selain pengaruh digital, generasi muda juga berada di persimpangan nilai-nilai tradisional dan modernitas. Di satu sisi, mereka hidup dalam lingkungan yang masih menjunjung tinggi budaya dan tradisi keluarga. Namun, di sisi lain, gaya hidup modern menawarkan kebebasan dan individualitas.
Seorang pemuda yang tumbuh di keluarga konservatif, misalnya, mungkin merasa terikat oleh ekspektasi untuk menjalani kehidupan sesuai norma yang sudah ada. Namun, ketika ia keluar dan melihat dunia luar, ada keinginan untuk menjalani hidup sesuai impian dan hasrat pribadinya. Pergulatan antara dua dunia ini sering kali menciptakan konflik batin yang mendalam.
"Di rumah, aku harus menjadi anak yang patuh, tapi di luar, aku ingin menjadi diriku sendiri," kata Arif, seorang pekerja muda yang merasa terjebak dalam peran ganda. Situasi ini tidak hanya membuat mereka merasa terbelah, tetapi juga memperparah kebingungan identitas.
Tekanan Akademik dan Karier
Tidak dapat dimungkiri, pendidikan dan karier adalah dua hal yang menjadi prioritas utama bagi banyak generasi muda. Sistem pendidikan yang kompetitif dan tuntutan untuk meraih pekerjaan dengan gaji tinggi membuat mereka harus terus berlomba sejak dini.
Namun, apa yang terjadi ketika mereka merasa tidak sesuai dengan jalur yang diharapkan?
Seperti halnya Rina, seorang lulusan teknik yang sebenarnya lebih tertarik pada seni. "Aku memilih jurusan ini  bukan kemauanku tapi karena permintaan orang tua. Tapi semakin lama aku merasa kehilangan semangat untuk belajar, bahkan bekerja nanti," ujarnya. Situasi seperti ini tidak jarang memicu rasa frustrasi dan kehilangan jati diri.
Krisis identitas ini sering kali tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menciptakan generasi yang merasa hidup hanya untuk memenuhi ekspektasi eksternal, bukan untuk mencapai kebahagiaan mereka sendiri.
Dampak Krisis Identitas terhadap Kesehatan Mental
Krisis identitas yang dibiarkan berlarut-larut dapat berdampak serius pada kesehatan mental. Generasi muda yang merasa tidak mampu menemukan jati diri mereka sering kali mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi.