Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Utang Demi Obsesi Resepsi Pernikahan Mewah

2 Desember 2024   16:17 Diperbarui: 2 Desember 2024   16:30 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Resepsi pernikahan impian kami harus sempurna, bagaimanapun caranya!”

Pernyataan seperti itu kerap kali terucap dari pasangan muda yang hendak menikah. Dalam pikiran mereka, pernikahan harus menjadi momen gemilang yang meninggalkan kesan mendalam bagi keluarga, teman, dan bahkan tamu undangan yang tidak begitu dikenal. Sayangnya, obsesi terhadap kesempurnaan ini sering berakhir dengan beban finansial yang sulit diatasi hutang.

Kenapa fenomena ini begitu marak? Apa yang sebenarnya mendorong pasangan untuk berhutang demi pesta satu malam? mari kita  kupas tuntas permasalahan ini, lengkap dengan data, contoh kasus nyata, dan solusi yang dapat diterapkan agar kamu tidak terjebak dalam lingkaran yang sama.

Saat Impian Berubah Menjadi Tekanan Sosial

Dalam banyak budaya di Indonesia, pernikahan tidak hanya menjadi urusan pribadi kedua mempelai. Pernikahan sering kali dianggap sebagai refleksi status sosial keluarga. Semakin megah acaranya, semakin tinggi pula gengsi yang dirasakan.

Namun, era media sosial memperburuk keadaan ini. Foto-foto resepsi mewah dengan dekorasi elegan, busana pengantin rancangan desainer ternama, dan tamu undangan selebriti membanjiri linimasa Instagram. Hal ini memunculkan fenomena “fear of missing out” (FOMO) atau ketakutan dianggap kurang jika tidak mengikuti tren.

Seorang pengantin bernama Dina, 27 tahun, bercerita tentang pengalamannya. “Awalnya, saya dan pasangan ingin resepsi sederhana. Tapi saat melihat pesta teman-teman di Instagram, kami merasa tidak mau kalah. Kami akhirnya meminjam uang Rp150 juta untuk pesta yang ‘layak dipamerkan’.”

Namun, setelah resepsi selesai, Dina dihadapkan pada kenyataan pahit. Bayangan bulan madu dan kehidupan rumah tangga yang manis berganti menjadi tekanan untuk melunasi cicilan hutang yang memakan sebagian besar penghasilan bulanan mereka.

Angka-angka yang Membuka Mata

Menurut data dari lembaga survei keuangan Indonesia, sekitar 40% pasangan di perkotaan mengaku menggunakan pinjaman untuk membiayai resepsi pernikahan mereka. Sebagian besar pinjaman berasal dari:

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Love Selengkapnya
    Lihat Love Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun