Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Kita Mengurangi Ketergantungan pada Nasi?

2 Desember 2024   11:14 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumber Karbohidrat Selain Nasi. Di Buat dengan dengan ChatGPT.com

Dampak Lingkungan
Produksi padi memerlukan air dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi gas metana yang signifikan. Sebuah laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa lahan sawah tergenang merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca dari sektor pertanian. Jika ketergantungan pada nasi terus berlanjut tanpa diversifikasi pangan, tekanan terhadap sumber daya air dan lingkungan akan semakin besar.

  • Ketahanan Pangan yang Rapuh
    Ketergantungan pada satu jenis bahan pokok meningkatkan kerentanan terhadap gangguan produksi, seperti perubahan iklim atau serangan hama. Misalnya, pada tahun 1997, El Nio menyebabkan penurunan hasil panen padi secara drastis, yang berdampak langsung pada stok pangan nasional.

  • Apakah Kita Bisa Lepas dari Ketergantungan pada Nasi?

    Jawabannya adalah bisa, tetapi membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan komprehensif. Ada tiga langkah utama yang dapat diambil: edukasi masyarakat, diversifikasi pola makan, dan dukungan dari kebijakan pemerintah.

    1. Edukasi Masyarakat tentang Pola Makan Sehat

    Mengurangi konsumsi nasi bukan berarti menghilangkannya sepenuhnya dari menu harian. Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang. Misalnya, makanan tidak harus didominasi oleh nasi, melainkan dilengkapi dengan sumber protein, sayuran, dan lemak sehat.

    Kampanye seperti "Isi Piringku" dari Kementerian Kesehatan dapat menjadi langkah awal. Kampanye ini mendorong masyarakat untuk mengisi piring makan dengan 50% buah dan sayur, serta sisanya dengan protein dan karbohidrat kompleks, termasuk dari sumber non-nasi.

    2. Alternatif yang Lebih Baik

    Indonesia kaya akan sumber pangan lokal yang dapat menggantikan nasi. Beberapa di antaranya adalah:

    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun