Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bisakah Kita Mengurangi Ketergantungan pada Nasi?

2 Desember 2024   11:14 Diperbarui: 2 Desember 2024   12:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sumber Karbohidrat Selain Nasi. Di Buat dengan dengan ChatGPT.com

Nasi telah menjadi simbol kehidupan di Indonesia. Sebagian besar dari kita mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa makan tanpa nasi bukanlah "makan" yang sesungguhnya. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap nasi begitu kuat hingga tercermin dalam pola makan sehari-hari. 

Tetapi pernahkah kamu bertanya-tanya, apakah ini pola yang sehat dan berkelanjutan? Mungkinkah kita mengurangi ketergantungan pada nasi tanpa mengorbankan rasa kenyang atau kepuasan makan? 

Warisan Budaya atau Pilihan Tak Terelakkan?

Sejak ratusan tahun lalu, padi telah menjadi salah satu tanaman utama yang dibudidayakan di Indonesia. Geografis Nusantara, yang kaya akan air dan tanah subur, mendukung pertanian padi secara luas. Tak heran, nasi kemudian menjadi makanan pokok utama yang diwariskan secara turun-temurun.

Lebih dari sekadar sumber energi, nasi menjadi bagian dari budaya dan identitas. Contohnya, dalam banyak adat istiadat di Indonesia, nasi kerap hadir dalam bentuk tumpeng sebagai simbol syukur. Kebiasaan ini menciptakan persepsi kolektif bahwa nasi adalah elemen yang tak tergantikan dalam setiap hidangan.

Namun, warisan budaya ini juga membawa tantangan. Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi nasi tertinggi di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, rata-rata konsumsi nasi masyarakat Indonesia mencapai 93,44 kilogram per orang per tahun. Angka ini jauh di atas konsumsi di negara-negara maju seperti Jepang atau Amerika Serikat.

Dampak Konsumsi Nasi Berlebihan

Ketergantungan pada nasi tidak hanya berdampak pada pola makan, tetapi juga membawa konsekuensi lebih luas bagi kesehatan, lingkungan, dan ketahanan pangan.

  1. Dampak pada Kesehatan
    Nasi putih, jenis yang paling umum dikonsumsi di Indonesia, sebagian besar terdiri dari karbohidrat sederhana. Karbohidrat jenis ini mudah dicerna, sehingga menyebabkan lonjakan gula darah yang signifikan setelah makan. Konsumsi nasi putih yang berlebihan telah dikaitkan dengan meningkatnya risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat, dengan sekitar 10,8 juta penduduk menderita diabetes pada tahun 2020. Salah satu penyebab utama adalah pola makan tinggi karbohidrat sederhana tanpa disertai keseimbangan nutrisi lainnya.

  1. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun