Bukti Dampak Perubahan Iklim di Jayawijaya
Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Iklim dan Lingkungan Universitas Papua menunjukkan bahwa suhu rata-rata di wilayah pegunungan Papua telah meningkat sebesar 1,2C dalam 30 tahun terakhir. Selain itu, citra satelit yang dianalisis oleh NASA menunjukkan pengurangan signifikan pada ketebalan dan luas gletser di Puncak Jaya.
Di tahun 2010, luas gletser ini hanya sekitar 2 km, berkurang drastis dari 6,5 km di tahun 1972. Pada tahun 2020, luasnya bahkan kurang dari 1 km. Jika laju pencairan ini terus berlanjut, gletser akan lenyap dalam beberapa tahun mendatang.
Suara yang Jarang Didengar
Bagi masyarakat lokal Papua, pencairan es abadi bukan hanya tentang hilangnya simbol alam, tetapi juga perubahan besar dalam cara hidup mereka. Salah satu tokoh adat di Lembah Baliem, Marthen Mabel, menceritakan bahwa pencairan es telah memengaruhi pola cuaca lokal. Curah hujan yang tidak teratur menyebabkan kesulitan dalam bertani dan berburu, yang merupakan sumber utama mata pencaharian masyarakat setempat.
"Es di gunung itu seperti penjaga. Kalau dia hilang, cuaca berubah, dan kami juga kehilangan arah," kata Marthen dalam sebuah wawancara dengan media lingkungan.
Dampak Global dari Hilangnya Es Abadi Jayawijaya
Hilangnya es abadi Jayawijaya tidak hanya berdampak pada Papua, tetapi juga memiliki implikasi global:
Peningkatan Permukaan Laut
Meskipun gletser Jayawijaya kecil dibandingkan dengan gletser di Kutub Utara atau Greenland, pencairannya tetap berkontribusi pada peningkatan permukaan laut secara global.Pelepasan Gas Rumah Kaca
Gletser yang mencair melepaskan karbon dioksida dan metana yang terperangkap selama ribuan tahun. Hal ini dapat mempercepat pemanasan global.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!