Kemudahan Akses Belanja Online
Dengan hadirnya e-commerce dan layanan keuangan digital, belanja menjadi semakin mudah. Dalam beberapa klik, seseorang bisa membeli barang dan membayarnya nanti dengan skema cicilan.
Minimnya Edukasi Finansial
Banyak orang tidak diajarkan tentang pentingnya perencanaan keuangan sejak dini. Akibatnya, mereka cenderung menghabiskan uang tanpa mempertimbangkan tabungan atau investasi untuk masa depan.
Bukti Budaya Boros
Beberapa data dan fakta menunjukkan bahwa budaya boros benar-benar ada di tengah masyarakat:
Statistik Utang Konsumtif
Di Indonesia, data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa banyak masyarakat terjebak dalam utang konsumtif, seperti kartu kredit dan pinjaman online. Utang ini sering kali digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak mendesak.Lonjakan Penjualan Saat Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas)
Setiap tahun, Harbolnas mencatat peningkatan transaksi yang signifikan. Pada 2022, transaksi e-commerce di Indonesia mencapai Rp13,4 triliun hanya dalam satu hari. Sebagian besar barang yang dibeli adalah produk fesyen, elektronik, dan kosmetik---kategori yang sering kali bukan kebutuhan mendasar.Limbah Konsumtif
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 66 juta ton sampah pada 2021, dengan sebagian besar berasal dari limbah rumah tangga. Barang-barang seperti pakaian cepat saji (fast fashion) dan peralatan elektronik menjadi penyumbang utama limbah ini.
Dampak Budaya Boros bagi Kehidupan dan Lingkungan
Kebiasaan boros tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga membawa dampak yang lebih luas:
Masalah Keuangan Pribadi
Mereka yang terbiasa hidup boros sering kali mengalami kesulitan keuangan. Gaji habis sebelum akhir bulan, tabungan minim, dan utang menumpuk adalah beberapa gejalanya. Situasi ini menciptakan stres dan menurunkan kualitas hidup.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!