Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Bayar Utang Usai Resepsi Pernikahan

27 November 2024   17:43 Diperbarui: 27 November 2024   17:43 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pernikahan.Chatgpt.com

Pernikahan merupakan momen yang dianggap sakral dan istimewa bagi pasangan. Sebuah perayaan yang diharapkan menjadi kenangan manis justru sering kali meninggalkan jejak pahit berupa tumpukan hutang yang sulit dilunasi. Fenomena ini semakin sering kita temui di tengah masyarakat, di mana pasangan pengantin memulai kehidupan rumah tangga dengan beban finansial yang tidak kecil. Apakah ini sudah menjadi budaya yang melekat, ataukah sebenarnya kita masih punya ruang untuk mengubah pola pikir?

Tekanan Gengsi yang Mendorong Pasangan Berutang

Salah satu alasan utama di balik fenomena ini adalah tekanan sosial yang luar biasa. Masyarakat kita masih sangat memandang pernikahan sebagai acara besar yang harus dirayakan dengan kemegahan. Dari dekorasi mewah hingga hiburan spektakuler, pesta pernikahan sering kali dianggap sebagai simbol status sosial.

Coba renungkan, berapa kali kamu mendengar ucapan seperti, "Kalau pesta pernikahan sederhana, nanti keluarga besar kecewa," atau, "Malu kalau pesta kita kalah megah dibandingkan tetangga." Ucapan semacam ini menjadi salah satu bentuk tekanan sosial yang mendorong pasangan untuk menggelar pesta besar meski dengan berutang.

Tekanan ini juga didukung oleh ekspektasi masyarakat terhadap acara pernikahan. Tamunya harus banyak, makanannya harus melimpah, dan suasananya harus meriah. Tidak sedikit pasangan yang akhirnya rela meminjam uang hanya untuk memenuhi harapan tersebut.

Kisah Nyata yang Menjadi Pelajaran Berharga

Fenomena ini tidak hanya sebatas cerita, tetapi sudah menjadi realita yang dialami oleh banyak pasangan. Misalnya, kisah pasangan Rizki dan Maya dari Jakarta yang berutang Rp300 juta untuk menggelar pesta pernikahan mereka di sebuah hotel mewah. Rizki dan Maya awalnya yakin bahwa sumbangan dari tamu undangan akan membantu melunasi sebagian besar hutang tersebut. Namun, kenyataan berkata lain: jumlah sumbangan yang mereka terima hanya mencapai setengah dari total biaya pesta.

Dampaknya, pasangan ini harus memotong pengeluaran sehari-hari secara drastis. Rencana untuk membeli rumah ditunda, bahkan mereka harus kembali tinggal bersama orang tua karena tidak mampu membayar sewa. Situasi ini membuat tahun pertama pernikahan mereka penuh dengan tekanan dan konflik. Rizki mengakui bahwa jika waktu bisa diulang, dia akan memilih untuk menggelar pesta sederhana daripada berutang demi gengsi.

Kisah seperti ini menjadi bukti bahwa fenomena bayar hutang usai resepsi pernikahan adalah masalah serius yang membutuhkan perhatian lebih.

Dampak Jangka Panjang pada Kehidupan Pasangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun