Paparan layar yang berlebihan dapat memengaruhi kesehatan anak, mulai dari gangguan tidur, masalah penglihatan, hingga kesulitan berkonsentrasi. Tidak hanya itu, anak-anak juga rentan terhadap risiko lain seperti cyberbullying dan paparan konten tidak pantas.
Bagi kamu sebagai orang tua, tantangannya adalah bagaimana mengelola penggunaan teknologi anak tanpa sepenuhnya melarangnya. Salah satu solusinya adalah dengan menetapkan batasan waktu penggunaan gadget, misalnya hanya memperbolehkan selama dua jam sehari untuk hiburan. Selain itu, libatkan dirimu dalam aktivitas teknologi anak, seperti bermain gim bersama atau menonton tayangan edukatif. Hal ini tidak hanya membantu anak menggunakan teknologi secara bijak, tetapi juga memperkuat ikatan antara kamu dan anak.
Tekanan Ekonomi yang Kian Berat
Selain tantangan sosial dan teknologi, tekanan ekonomi juga menjadi beban besar bagi banyak orang tua di masa kini. Biaya hidup yang terus meningkat, terutama di perkotaan, sering kali membuat orang tua merasa cemas tentang masa depan anak-anak mereka.
Laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan pendidikan meningkat rata-rata 12% setiap tahunnya. Tidak hanya itu, biaya kebutuhan dasar seperti makanan, perawatan kesehatan, dan transportasi juga terus meningkat. Bagi banyak keluarga, situasi ini berarti salah satu atau kedua orang tua harus bekerja lebih lama untuk mencukupi kebutuhan.
Namun, konsekuensinya adalah waktu bersama anak menjadi terbatas. Anak-anak mungkin merasa kurang diperhatikan, yang pada akhirnya dapat memengaruhi hubungan emosional mereka dengan orang tua.
Untuk mengurangi dampak tekanan ekonomi, penting bagi orang tua untuk membuat perencanaan keuangan yang matang. Misalnya, sisihkan dana khusus untuk pendidikan anak sejak dini atau cari alternatif biaya pendidikan yang lebih terjangkau, seperti sekolah dengan subsidi pemerintah atau program beasiswa. Di sisi lain, jadikan waktu yang tersedia bersama anak sebagai momen berkualitas dengan fokus penuh pada mereka.
Suara Orang Tua Masa Kini
Mari kita simak cerita Sinta, seorang ibu bekerja yang tinggal di Medan. Sinta, yang memiliki dua anak usia sekolah dasar, berbagi kisah tentang tekanan yang dirasakannya sehari-hari.
"Setiap pagi, aku harus bangun lebih awal untuk memasak dan memastikan anak-anak siap ke sekolah. Setelah itu, aku bekerja di kantor hingga sore hari. Pulang kerja, aku masih harus membantu anak-anak mengerjakan PR dan menyiapkan kebutuhan mereka untuk keesokan harinya. Rasanya waktu 24 jam tidak pernah cukup," cerita Sinta.
Tekanan ini diperburuk oleh ekspektasi dari lingkungan sekitar. "Orang-orang selalu bertanya, kenapa anakku tidak ikut les tambahan atau kenapa aku tidak punya waktu untuk menghadiri acara sekolah. Kadang aku merasa bersalah, tapi aku tahu aku sudah melakukan yang terbaik," tambahnya.