Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Dear Bawaslu dan KPU, Bekerjalah Penuh Integritas

25 November 2024   15:16 Diperbarui: 25 November 2024   23:49 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pilkada 2024.(KOMPAS.COM/HANDOUT)

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. 

Proses ini bukan sekadar formalitas untuk memilih pemimpin, tetapi juga merupakan cerminan sejauh mana negara mampu menjaga kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi. 

Di sinilah peran Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi sangat krusial. 

Sebagai institusi yang bertanggung jawab penuh dalam menyelenggarakan dan mengawasi pemilu, mereka harus memastikan setiap proses berjalan dengan transparansi, adil, dan penuh integritas.

Namun, tantangan dalam mewujudkan Pilkada yang aman dan adil semakin kompleks. Mulai dari praktik politik uang, netralitas penyelenggara, hingga pengaruh hoaks yang merajalela, semuanya menjadi ancaman nyata bagi demokrasi. 

Tulisan ini bertujuan untuk mengulas secara mendalam masalah-masalah tersebut dan memberikan perspektif tentang bagaimana Bawaslu dan KPU bisa bekerja lebih baik demi menjaga kepercayaan publik.

Tantangan dalam Penyelenggaraan Pilkada

Pilkada yang ideal adalah Pilkada yang bebas dari kecurangan, intimidasi, atau manipulasi. Namun, realitas sering kali berkata lain. Masih segar dalam ingatan kita kasus-kasus yang mencederai demokrasi, seperti politik uang yang menciptakan pemimpin dengan legitimasi semu. 

Menurut laporan dari Transparency International Indonesia, politik uang dalam Pilkada masih menjadi praktik yang sulit diberantas karena melibatkan banyak pihak, mulai dari calon kepala daerah hingga tim sukses yang sering kali memanfaatkan kelemahan sistem pengawasan.

Selain itu, netralitas aparat penyelenggara menjadi perhatian serius. Dalam beberapa kasus, ditemukan indikasi keterlibatan oknum KPU maupun Bawaslu dalam mendukung salah satu calon. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun