Ketika mendengar kata pahlawan, banyak dari kita membayangkan seseorang yang berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain. Namun, ada pahlawan lain yang mungkin jarang disadari keberadaannya, apalagi dihormati sebagaimana mestinya guru. Mereka adalah sosok yang berdiri di garda terdepan pendidikan, membentuk generasi masa depan bangsa. Ironisnya, di tengah perannys ysng penting tersebut, penghormatan terhadap guru sering kali berada di titik nadir.
Di ruang kelas, guru menjadi tumpuan harapan banyak pihak. Mereka tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moral anak didik. Namun, peran besar ini kerap kali diabaikan oleh masyarakat. Bahkan, tidak jarang guru menjadi sasaran kritik tanpa dasar. Dalam konteks ini, pertanyaannya adalah mengapa sosok guru yang seharusnya dihormati justru sering kali diremehkan?
Potret Nyata Kehidupan Guru
Menjadi seorang guru bukanlah tugas yang mudah. Mereka harus menghadapi berbagai karakter siswa dari yang tekun hingga yang sulit diatur. Setiap hari, guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan. Selain itu, mereka juga harus memenuhi target kurikulum yang sering kali berubah. Namun, di balik semua tanggung jawab itu, banyak guru, terutama yang berstatus honorer, hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.
Menurut data dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), gaji guru honorer di beberapa daerah masih sangat rendah, bahkan di bawah upah minimum regional (UMR). Tidak sedikit dari mereka yang hanya menerima gaji sekitar Rp500.000 hingga Rp1.000.000 per bulan. Bayangkan, bagaimana mungkin seseorang bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan penghasilan sekecil itu? Hal ini jelas menunjukkan betapa kurangnya penghargaan yang diberikan kepada guru, terutama dari sisi kesejahteraan.
Sementara itu, guru juga sering kali menghadapi stigma negatif dari masyarakat. Ketika seorang siswa gagal mencapai prestasi tertentu, guru menjadi pihak pertama yang disalahkan. Sebaliknya, keberhasilan siswa jarang sekali dianggap sebagai hasil dari kerja keras guru. Sikap seperti ini menunjukkan kurangnya apresiasi terhadap peran penting guru dalam proses pendidikan.
Sikap Tidak Hormat dari Siswa dan Orang Tua
Di era modern ini, sikap tidak hormat terhadap guru semakin sering terjadi. Banyak siswa yang bersikap kurang sopan, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Contohnya, beberapa waktu lalu viral kasus seorang siswa yang menantang gurunya di dalam kelas. Video tersebut menuai banyak kecaman, tetapi juga menjadi bukti konkret betapa rendahnya penghargaan sebagian siswa terhadap sosok guru.
Orang tua pun tidak luput dari masalah ini. Ada kalanya mereka terlalu mudah menyalahkan guru ketika anak mereka mendapat nilai buruk atau mengalami masalah di sekolah. Sebagian orang tua bahkan merasa bahwa guru adalah pihak yang sepenuhnya bertanggung jawab atas keberhasilan anak mereka, tanpa melihat peran keluarga dalam mendukung pendidikan. Pola pikir seperti ini membuat guru merasa tidak dihargai, bahkan seolah-olah mereka hanya "alat" untuk mencapai ambisi orang tua.
Pemerintah dan Kebijakan yang Belum Memihak Guru
Dari sisi kebijakan, pemerintah sebenarnya telah berusaha meningkatkan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi dan tunjangan profesi. Namun, implementasi di lapangan sering kali tidak berjalan sesuai harapan. Banyak guru, terutama di daerah terpencil, yang belum menerima haknya secara penuh. Selain itu, sistem pendidikan yang terlalu birokratis juga menjadi hambatan bagi guru untuk bekerja secara optimal.
Contoh nyata lainnya adalah status guru honorer yang hingga kini masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023 tercatat lebih dari 700 ribu guru honorer di Indonesia. Sebagian besar dari mereka telah mengabdi selama bertahun-tahun tanpa kejelasan status. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah masih perlu bekerja lebih keras untuk memberikan penghargaan yang layak kepada para pahlawan pendidikan ini.
Dampak Jangka Panjang dari Kurangnya Penghormatan
Kurangnya penghormatan terhadap guru tidak hanya berdampak pada kehidupan mereka secara individu, tetapi juga pada kualitas pendidikan secara keseluruhan. Ketika guru merasa tidak dihargai, motivasi mereka untuk mengajar bisa menurun. Hal ini tentu saja akan memengaruhi proses belajar mengajar di kelas, yang pada akhirnya merugikan siswa.
Selain itu, rendahnya penghormatan terhadap guru juga dapat mengurangi minat generasi muda untuk memilih profesi ini. Jika situasi ini terus dibiarkan, Indonesia bisa menghadapi krisis kekurangan guru di masa depan. Padahal, pendidikan yang berkualitas adalah kunci untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif di tingkat global.
Mengembalikan Kehormatan Guru
Menghormati guru tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai masyarakat. Ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk menunjukkan penghargaan kepada mereka. Misalnya, siswa bisa mulai dengan bersikap sopan di dalam kelas, sedangkan orang tua bisa lebih bijak dalam memberikan kritik.
Pemerintah juga perlu mengambil langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan guru, terutama mereka yang berstatus honorer. Kebijakan yang berpihak pada guru, seperti peningkatan gaji dan pemberian tunjangan yang layak, harus segera direalisasikan. Selain itu, pemerintah juga perlu menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional yang berkualitas agar guru dapat terus meningkatkan kompetensinya.
Mengapa Guru Layak Dihormati?
Guru bukan sekadar profesi; mereka adalah pilar utama dalam membangun peradaban. Tanpa guru, tidak akan ada dokter, insinyur, atau pemimpin bangsa. Oleh karena itu, menghormati guru adalah bentuk investasi jangka panjang untuk masa depan yang lebih baik.
Di Jepang, guru menempati posisi yang sangat dihormati, bahkan lebih tinggi dari pejabat pemerintah. Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya peran guru dalam membangun bangsa yang maju. Indonesia seharusnya bisa belajar dari hal ini dan mulai memberikan penghormatan yang lebih besar kepada guru.
Kesimpulan
Guru adalah pahlawan yang sering kali tidak dihormati, padahal peran mereka sangat vital dalam membangun masa depan bangsa. Kurangnya penghormatan terhadap guru tidak hanya merugikan mereka secara individu, tetapi juga mengancam kualitas pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu, sudah saatnya kita semua siswa, orang tua, masyarakat, dan pemerintah bersatu untuk mengembalikan kehormatan kepada para pahlawan pendidikan ini.
Mari kita mulai dengan langkah kecil: menghormati mereka dalam kata dan perbuatan. Sebab, penghormatan yang tulus kepada guru bukan hanya bentuk apresiasi, tetapi juga investasi untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Apakah kamu sudah menghormati gurumu hari ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H