Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Miris! Kejahatan dan Kriminalitas di Medan Tidak Pernah Dianggap Serius?

16 November 2024   15:57 Diperbarui: 16 November 2024   16:21 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medan, adalah kota terbesar di Indonesia. Kota yang menjadi pusat kegiatan ekonomi di Sumut ini adalah tempat yang penuh dinamika. Dari hiruk-pikuk pusat kota hingga kehidupan malam yang tak pernah tidur, Medan memiliki daya tarik tersendiri. Tapi di balik pesonanya, ada satu masalah serius yang sering diabaikan, kejahatan dan kriminalitas. Apa sebenarnya yang membuat isu ini seperti angin lalu? Mengapa kasus-kasus kejahatan di Medan sering tidak dianggap serius, baik oleh pihak berwenang maupun masyarakatnya sendiri?

Medan dalam Bayang-Bayang Kriminalitas

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kriminalitas di Medan termasuk yang tertinggi di Sumatera Utara. Kasus pencurian, perampokan, penipuan, hingga narkotika terus meningkat setiap tahunnya. Tidak sedikit masyarakat yang hidup dengan rasa waswas setiap kali melangkah keluar rumah, terutama pada malam hari. Namun, alih-alih menjadi peringatan keras, isu ini seperti dianggap sebagai bagian dari "kehidupan normal" di kota besar ini.

Di beberapa kawasan tertentu, banyak orang mengeluhkan maraknya pencopetan hingga perampokan yang sering kali terjadi  bahkan pelau kejahatan tidak takut beraksi di siang bolong. Para pelaku bertindak tanpa rasa takut, seolah tahu bahwa mereka tidak akan dihukum berat. Hal ini tentu saja memprihatinkan, mengingat Medan adalah kota yang menjadi pusat perekonomian Sumatera Utara.

Kurangnya Ketegasan Penegakan Hukum

Salah satu alasan mengapa kejahatan di Medan tidak pernah dianggap serius adalah lemahnya penegakan hukum. Banyak kasus yang berakhir tanpa solusi jelas. Misalnya, kasus pencurian sepeda motor yang begitu sering terjadi, sering kali hanya sampai pada laporan tanpa penyelesaian. Bahkan, ada cerita warga yang harus mencari sendiri barang curian mereka karena merasa tidak ada bantuan nyata dari pihak berwenang yang seharunya menjadi pengayom di masyarakat.

Menurut laporan dari masyarakat, beberapa oknum aparat hukum justru kerap dianggap memperumit proses pelaporan. "Kalau melapor, kadang malah kita yang disalahkan karena kurang bukti," kata salah satu warga. Kondisi seperti ini membuat banyak orang enggan melapor saat menjadi korban kejahatan karena hanya membuang-buang waktu tanpa kejelasan keluhan. Akibatnya, angka kriminalitas tidak pernah benar-benar terungkap dan sulit di berantas sepenuhnya.

Budaya Takut dan Apatis

Selain masalah pada sistem hukum, masyarakat Medan sendiri juga memiliki budaya yang cenderung apatis. Banyak warga yang memilih untuk menutup mata terhadap kejahatan di sekitar mereka. Alasannya beragam, mulai dari takut akan balas dendam hingga merasa bahwa melapor hanya membuang waktu. Budaya ini menciptakan ruang bagi para pelaku kejahatan untuk terus beraksi tanpa rasa takut.

Kamu mungkin pernah mendengar cerita tentang seseorang yang menyaksikan perampokan di jalan, tetapi tidak berani bertindak atau melapor dan hanya meninggalkan korban. Hal seperti ini sering terjadi, dan bukan hanya di Medan. Tapi di sini, dampaknya lebih terasa karena kejahatan kecil seperti pencopetan atau penipuan mudah sekali dianggap biasa.

Media dan Sensasi Berita

Peran media dalam membentuk persepsi publik juga tidak bisa diabaikan. Banyak media lokal yang lebih fokus pada kasus besar yang menghebohkan, sementara kasus-kasus kecil yang meresahkan warga sehari-hari tidak mendapat perhatian. Padahal, kejahatan kecil ini justru yang paling sering dialami masyarakat.

Sebagai contoh, kasus begal yang terjadi di kawasan Medan Marelan beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial. Sayangnya, setelah perhatian publik mereda, kasus itu seolah menguap tanpa tindak lanjut yang jelas. Media yang seharusnya menjadi pengawas publik justru sering kali hanya menjadi penyebar sensasi dan hanya ingin mengambil kesematan untuk keuntungan media semata.

Kesenjangan Sosial dan Ekonomi

Faktor lain yang memperburuk situasi ini adalah tingginya kesenjangan sosial dan ekonomi di Medan. Banyak kawasan kumuh di pinggiran kota yang menjadi "kantong" kriminalitas. Ketimpangan ini menciptakan lingkungan yang subur bagi kejahatan. Ketika orang merasa tidak ada peluang untuk meningkatkan taraf hidup dan satu-satunya cara adalah dengan mencuri dan merampak, sehingga ini membuat kelompok ini lebih rentan terlibat dalam tindakan kriminal.

Kamu bisa melihat bagaimana perbedaan mencolok antara kawasan elit seperti Medan Polonia dengan daerah-daerah seperti Medan Deli. Di satu sisi, ada kemewahan yang mencolok, tetapi di sisi lain, ada kemiskinan yang memaksa banyak orang bertahan hidup dengan cara apapun, termasuk melakukan kejahatan.

Solusi yang Harus Segera Diambil

Lalu, bagaimana caranya agar masalah ini tidak terus berulang? Pertama, pemerintah daerah harus meningkatkan upaya pencegahan dengan memperkuat penegakan hukum. Ini bukan hanya tentang menambah jumlah personel keamanan, tetapi juga memastikan bahwa semua aparat bertindak profesional dan transparan.

Kedua, edukasi masyarakat sangat penting. Kamu bisa menjadi bagian dari solusi ini dengan berani melapor saat melihat atau menjadi korban kejahatan. Jangan biarkan rasa takut menguasai dirimu. Selain itu, pembentukan komunitas-komunitas warga yang peduli terhadap keamanan lingkungan juga bisa menjadi langkah efektif.

Ketiga, media harus memainkan perannya dengan lebih bertanggung jawab. Daripada hanya mengejar sensasi, media lokal perlu menggali akar masalah kriminalitas dan memberikan solusi yang bisa diikuti oleh masyarakat sehingga mungkin dengan begitu angka kriminalitas bisa diturunkan.

Bukti Nyata Perubahan

Kota-kota lain di Indonesia sudah membuktikan bahwa perubahan itu mungkin. Surabaya, misalnya, pernah dikenal sebagai kota dengan tingkat kriminalitas tinggi. Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan media, kota itu berhasil menurunkan angka kejahatan secara signifikan. Medan bisa belajar dari pengalaman ini dengan bergotong royong dan melakukannya secara bersama dan berani kita bisa menurunkan angka kriminalitas tersebut.

Penutup

Kejahatan dan kriminalitas di Medan adalah masalah serius yang tidak boleh lagi dianggap remeh. Mulai dari lemahnya penegakan hukum hingga budaya apatis masyarakat, semua faktor ini saling terkait dan memperburuk situasi. Tapi ini bukan akhir cerita. Dengan usaha bersama, Medan bisa menjadi kota yang lebih aman dan nyaman untuk ditinggali.

Kini, saatnya kamu bertanya pada diri sendiri: apa yang bisa kamu lakukan untuk menjadi bagian dari solusi? Jangan menunggu hingga kamu atau orang terdekatmu menjadi korban. Mari kita mulai perubahan ini, sekarang juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun