Medan, adalah kota terbesar di Indonesia. Kota yang menjadi pusat kegiatan ekonomi di Sumut ini adalah tempat yang penuh dinamika. Dari hiruk-pikuk pusat kota hingga kehidupan malam yang tak pernah tidur, Medan memiliki daya tarik tersendiri. Tapi di balik pesonanya, ada satu masalah serius yang sering diabaikan, kejahatan dan kriminalitas. Apa sebenarnya yang membuat isu ini seperti angin lalu? Mengapa kasus-kasus kejahatan di Medan sering tidak dianggap serius, baik oleh pihak berwenang maupun masyarakatnya sendiri?
Medan dalam Bayang-Bayang Kriminalitas
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kriminalitas di Medan termasuk yang tertinggi di Sumatera Utara. Kasus pencurian, perampokan, penipuan, hingga narkotika terus meningkat setiap tahunnya. Tidak sedikit masyarakat yang hidup dengan rasa waswas setiap kali melangkah keluar rumah, terutama pada malam hari. Namun, alih-alih menjadi peringatan keras, isu ini seperti dianggap sebagai bagian dari "kehidupan normal" di kota besar ini.
Di beberapa kawasan tertentu, banyak orang mengeluhkan maraknya pencopetan hingga perampokan yang sering kali terjadi  bahkan pelau kejahatan tidak takut beraksi di siang bolong. Para pelaku bertindak tanpa rasa takut, seolah tahu bahwa mereka tidak akan dihukum berat. Hal ini tentu saja memprihatinkan, mengingat Medan adalah kota yang menjadi pusat perekonomian Sumatera Utara.
Kurangnya Ketegasan Penegakan Hukum
Salah satu alasan mengapa kejahatan di Medan tidak pernah dianggap serius adalah lemahnya penegakan hukum. Banyak kasus yang berakhir tanpa solusi jelas. Misalnya, kasus pencurian sepeda motor yang begitu sering terjadi, sering kali hanya sampai pada laporan tanpa penyelesaian. Bahkan, ada cerita warga yang harus mencari sendiri barang curian mereka karena merasa tidak ada bantuan nyata dari pihak berwenang yang seharunya menjadi pengayom di masyarakat.
Menurut laporan dari masyarakat, beberapa oknum aparat hukum justru kerap dianggap memperumit proses pelaporan. "Kalau melapor, kadang malah kita yang disalahkan karena kurang bukti," kata salah satu warga. Kondisi seperti ini membuat banyak orang enggan melapor saat menjadi korban kejahatan karena hanya membuang-buang waktu tanpa kejelasan keluhan. Akibatnya, angka kriminalitas tidak pernah benar-benar terungkap dan sulit di berantas sepenuhnya.
Budaya Takut dan Apatis
Selain masalah pada sistem hukum, masyarakat Medan sendiri juga memiliki budaya yang cenderung apatis. Banyak warga yang memilih untuk menutup mata terhadap kejahatan di sekitar mereka. Alasannya beragam, mulai dari takut akan balas dendam hingga merasa bahwa melapor hanya membuang waktu. Budaya ini menciptakan ruang bagi para pelaku kejahatan untuk terus beraksi tanpa rasa takut.
Kamu mungkin pernah mendengar cerita tentang seseorang yang menyaksikan perampokan di jalan, tetapi tidak berani bertindak atau melapor dan hanya meninggalkan korban. Hal seperti ini sering terjadi, dan bukan hanya di Medan. Tapi di sini, dampaknya lebih terasa karena kejahatan kecil seperti pencopetan atau penipuan mudah sekali dianggap biasa.