Saat waktu resign tiba, banyak orang mulai diliputi berbagai perasaan. Ada rasa lega karena bisa memulai babak baru, namun juga ada kesedihan karena akan berpisah dengan rekan kerja. Di tengah emosi yang campur aduk ini, muncul pula sebuah pertanyaan yang sering dianggap sepele namun sebenarnya cukup pelik: "Haruskah aku mentraktir teman-teman di kantor?"
Di Indonesia, mentraktir rekan kerja saat hari terakhir bekerja sudah menjadi semacam tradisi tidak tertulis di banyak tempat. Mungkin kamu pernah mengalami atau melihat sendiri, rekan yang resign biasanya mengajak makan bersama atau membawa kudapan sebagai tanda perpisahan. Namun, apakah ini benar-benar perlu dilakukan? Atau sebenarnya ini hanyalah kebiasaan yang bisa saja diabaikan? Mari kita bahas lebih mendalam mengenai alasan di balik tradisi ini, alternatif yang bisa dilakukan, serta hal-hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum memutuskan.
Mengapa Mentraktir Saat Resign Menjadi Semacam Tradisi?
Tradisi ini berakar dari budaya apresiasi dan penghormatan yang cukup kental di masyarakat kita. Dalam lingkungan kerja, banyak orang menganggap rekan kerja sebagai keluarga kedua. Kamu mungkin menghabiskan lebih banyak waktu dengan mereka dibanding keluarga di rumah. Karena itu, ketika seseorang memutuskan untuk meninggalkan kantor, momen ini sering dianggap sebagai waktu yang tepat untuk merayakan kebersamaan serta memberikan apresiasi.
Di beberapa kantor, traktiran resign bahkan menjadi semacam peraturan tidak tertulis. Tidak ada kewajiban resmi, tapi siapa pun yang resign hampir selalu melakukannya. Alasannya, traktiran ini bisa dianggap sebagai ungkapan terima kasih atas kerja sama dan dukungan selama bekerja bersama. Selain itu, bagi beberapa orang, mengadakan traktiran perpisahan juga dianggap sebagai penutup yang manis dan menjadi kenangan yang baik.
Namun, apakah semua orang merasa nyaman dengan tradisi ini? Tidak selalu. Bagi sebagian orang, traktiran resign bisa terasa membebani, baik secara finansial maupun emosional.
Tidak Semua Orang Merasa Perlu Mentraktir
Kamu mungkin berpikir bahwa mentraktir saat resign adalah bentuk penghormatan terakhir untuk rekan kerja, namun pada kenyataannya, tidak semua orang merasakan hal yang sama. Ada beberapa alasan mengapa orang merasa tidak perlu atau enggan mentraktir.Â
Pertama, traktiran bisa menjadi beban finansial, terutama jika kamu resign bukan karena berpindah ke pekerjaan yang lebih baik, melainkan karena kondisi yang sulit, seperti PHK atau alasan personal lainnya. Situasi ini tentu membuat kamu merasa perlu lebih berhemat.
Selain itu, kondisi keuangan setiap orang berbeda. Bagi sebagian orang, mengeluarkan uang ekstra untuk traktiran mungkin tidak menjadi masalah. Tapi bagi orang lain, ini bisa menjadi beban yang tidak perlu. Terkadang, rasa terpaksa mentraktir bisa membuat momen perpisahan jadi kurang menyenangkan, terutama jika kamu merasa harus mengeluarkan uang hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial.