Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Mengapa Menabung Masih Dianggap Berat?

12 November 2024   14:33 Diperbarui: 13 November 2024   15:15 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menabung, sejak kecil mungkin kamu sudah sering mendengar nasihat ini dari orang tua, guru, hingga teman-teman di sekitar. Di sekolah, bahkan ada mata pelajaran khusus yang mengajarkan pentingnya menabung untuk masa depan. 

Tapi, kenyataannya, seiring bertambahnya usia dan meningkatnya penghasilan, menabung masih sering dianggap sebagai hal yang berat oleh banyak orang. Bahkan, meskipun kamu sudah punya penghasilan tetap, kadang menabung tetap terasa seperti sebuah beban.

Mengapa bisa begitu? Apa yang membuat menabung seakan sulit dilakukan, padahal manfaatnya sangat besar untuk jangka panjang? Mari kita telaah beberapa faktor yang sering menjadi penghalang bagi seseorang untuk konsisten menabung dan bagaimana kamu bisa mengatasinya.

1. Pengaruh Gaya Hidup Modern dan Konsumtif

Saat ini, banyak orang yang hidup dalam budaya yang sangat konsumtif. Tanpa sadar, kita sering kali tergoda untuk membeli berbagai barang atau menikmati pengalaman baru, baik untuk kebutuhan maupun hanya sekadar mengikuti tren. 

Coba kamu lihat di sekitar, betapa mudahnya menemukan iklan yang menarik perhatianmu di media sosial, mulai dari pakaian, gadget terbaru, sampai liburan ke luar negeri. Akibatnya, pengeluaran pun sering kali lebih besar dari yang direncanakan.

Bahkan, muncul istilah "fear of missing out" atau FOMO, yang menggambarkan rasa takut tertinggal dari apa yang sedang populer di sekitar kita. Ini bisa memicu keputusan pembelian yang impulsif, hanya demi bisa terlihat "up-to-date." Akibatnya, uang yang seharusnya bisa disisihkan untuk menabung habis untuk hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Solusinya, kamu perlu memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Saat kamu bisa lebih sadar akan kebutuhan yang benar-benar penting, kamu bisa lebih bijak dalam membuat prioritas keuangan. Tidak masalah jika sesekali mengikuti tren atau menikmati hiburan, tapi cobalah tetap menjaga keseimbangan dengan alokasi dana untuk menabung.

2. Mindset yang Keliru tentang Menabung

Selain gaya hidup konsumtif, banyak orang memiliki pandangan keliru terhadap menabung. Beberapa menganggap bahwa menabung adalah bentuk "pengorbanan" atau "pembatasan diri" yang akan mengurangi kesenangan dalam hidup. Sehingga, banyak yang memiliki pemikiran , "Untuk apa menabung kalau akhirnya tidak bisa menikmati hidup?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun