Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Kunjung Menikah, Adalah Kesalahan?

6 November 2024   10:14 Diperbarui: 6 November 2024   15:13 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di zaman modern, banyak orang, terutama wanita, memilih untuk lebih dulu mengejar impian dan karier mereka sebelum memikirkan soal pernikahan. Data dari World Bank menunjukkan bahwa partisipasi perempuan dalam angkatan kerja terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak wanita yang berorientasi pada karier dan pengembangan diri, yang secara tidak langsung menunda keputusan untuk menikah.

Bukan berarti menikah tidak penting, tetapi pernikahan bukanlah satu-satunya tujuan dalam hidup. Setiap orang berhak memilih jalannya masing-masing, dan keputusan untuk tidak menikah harus dipandang sebagai pilihan yang valid, bukan sebagai beban. Kebebasan untuk menentukan jalan hidup sendiri adalah salah satu tanda kemandirian dan kesadaran akan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh seseorang.

 Mengapa Perlu Ada Perubahan?

Tekanan untuk segera menikah sering kali berasal dari keluarga, terutama orang tua. Di banyak budaya, orang tua merasa memiliki tanggung jawab untuk memastikan anak mereka menikah dan “mapan.” Hal ini biasanya dilakukan dengan niat baik, karena orang tua ingin melihat anak mereka bahagia. Namun, niat baik ini kadang justru menimbulkan stres dan tekanan yang berlebihan pada anak.

Kita perlu mengubah cara pandang ini. Orang tua juga perlu memahami bahwa kebahagiaan anak mereka tidak selalu ditentukan oleh pernikahan. Mendukung anak dalam mengejar impian, karier, dan kebahagiaan mereka seharusnya menjadi prioritas. Orang tua yang memberikan kebebasan pada anak untuk memilih kapan dan dengan siapa mereka akan menikah, atau bahkan mendukung keputusan untuk tidak menikah, akan menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan sehat.

Pernikahan Bukan Tolok Ukur Kesuksesan

Sering kali, pernikahan dianggap sebagai tolok ukur kesuksesan, terutama bagi perempuan. Seorang wanita yang telah menikah dan memiliki anak sering dipandang lebih “berhasil” dibandingkan mereka yang masih lajang, meskipun pada kenyataannya, ukuran kesuksesan sangat relatif. Banyak wanita yang belum menikah tetapi memiliki karier yang gemilang, memiliki pengaruh besar dalam masyarakat, dan bahagia dengan hidup mereka.

Contoh nyata adalah tokoh-tokoh perempuan sukses seperti Oprah Winfrey, yang memilih untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak, namun berhasil menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia. Kesuksesan Oprah menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesuksesan tidak selalu harus dikaitkan dengan pernikahan atau kehidupan berkeluarga.

Menikah atau Tidak, Semua Adalah Pilihan

Pada akhirnya, tidak kunjung menikah bukanlah sebuah beban, melainkan sebuah pilihan yang harus dihormati. Menikah atau tidak menikah adalah keputusan pribadi yang tidak seharusnya diatur oleh ekspektasi sosial. Setiap orang berhak memilih jalannya sendiri dalam hidup, tanpa merasa tertekan oleh norma-norma yang mungkin sudah ketinggalan zaman.

Sebagai masyarakat, kita perlu lebih menghargai pilihan hidup orang lain dan tidak memaksakan satu pandangan tertentu kepada mereka. Menikah bukanlah satu-satunya tujuan hidup, dan kebahagiaan sejati datang dari bagaimana seseorang bisa menjalani hidupnya dengan makna, baik melalui pernikahan maupun tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun