Memberi apresiasi kepada anak mungkin terdengar sederhana, tapi manfaatnya sangatlah besar dalam membentuk kepribadian dan mentalnya. Apresiasi adalah cara kita mengakui dan menghargai usaha anak, tak peduli seberapa kecil atau besar pencapaian yang ia raih. Tapi, mungkin kamu bertanya, apa benar memberi apresiasi kepada anak sepenting itu? Atau mungkin khawatir, apakah apresiasi yang diberikan malah membuatnya terlalu bergantung pada pujian? Disini ini kita akan membahas mengapa apresiasi menjadi elemen penting dalam perkembangan anak, bagaimana cara yang tepat untuk memberikannya, dan manfaat nyata yang bisa kita lihat dari apresiasi yang konsisten.
Di dalam keluarga, apresiasi ibarat air yang menyuburkan tanaman. "Bayangkan, ketika anak melakukan sesuatu seperti merapikan mainannya sendiri, menggambar, atau belajar membaca dan kamu menunjukkan apresiasi dengan kata-kata positif atau pelukan hangat, anak merasakan pengakuan atas usahanya". Sebuah penelitian oleh Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, menyebutkan bahwa anak-anak yang diberi apresiasi berdasarkan usahanya (effort-based praise) tumbuh menjadi anak yang lebih tangguh dan ulet. Apresiasi yang tepat membuat anak memahami bahwa proses jauh lebih penting dari hasil akhir, dan ini membantu mereka untuk tidak mudah putus asa saat menghadapi kegagalan.
Ketika anak menerima apresiasi, ia mendapatkan kepercayaan diri yang lebih baik. Bukan sekadar percaya diri untuk menunjukkan bakat atau kemampuan, tetapi percaya diri untuk mengatasi tantangan yang mungkin datang. Sebuah kasus yang cukup umum adalah ketika seorang anak menghadapi tugas matematika yang cukup sulit. Jika anak hanya mendapat kritik ketika salah, kemungkinan besar ia akan takut mencoba lagi dan menganggap dirinya “tidak pintar matematika.” Namun, jika ia mendapatkan apresiasi atas usahanya meski belum sempurna, anak akan merasa bahwa ia dihargai atas kegigihannya. Kata-kata seperti, "Wah, kamu hebat sudah mencoba kerjakan soal ini sendiri!" bisa sangat berarti dan mendorongnya untuk terus berusaha, daripada menyerah di tengah jalan.
Selain memberikan rasa dihargai, apresiasi juga bisa menumbuhkan hubungan yang erat antara orang tua dan anak. Bayangkan jika seorang anak tumbuh tanpa pernah mendengar apresiasi, hanya kritikan atau bahkan diabaikan. Hubungan anak dan orang tua yang tidak dilandasi apresiasi mungkin akan terasa jauh, sehingga anak lebih sulit terbuka dengan perasaan dan masalah yang ia alami. Namun, ketika orang tua terbiasa mengapresiasi anak, anak merasa aman dan nyaman di rumah, serta percaya bahwa keluarganya adalah tempat terbaik untuk kembali di saat sulit. Pengakuan yang diberikan orang tua membuat anak lebih mungkin untuk mendiskusikan perasaan dan pemikirannya, baik tentang pencapaian maupun kegagalan.
Menariknya, memberi apresiasi juga mendorong anak untuk menjadi lebih empati. Ketika mereka terbiasa dihargai, mereka pun belajar menghargai orang lain. Anak yang kerap menerima apresiasi cenderung tumbuh dengan sikap yang lebih menghargai teman-temannya, tidak mudah menghakimi, dan lebih memahami orang lain. Ini karena ia telah mengalami sendiri bagaimana rasanya dihargai dan diakui. Empati ini akan sangat berguna bagi anak dalam kehidupan sosialnya, mulai dari pertemanan di sekolah hingga hubungan dengan orang lain di masa depan.
Namun, penting untuk diingat bahwa apresiasi harus dilakukan dengan cara yang benar. Mengapresiasi anak bukan berarti memujinya secara berlebihan atau memberi hadiah materi setiap kali ia melakukan sesuatu. Apresiasi yang terlalu berlebihan atau fokus pada hasil semata justru bisa menimbulkan efek yang kurang baik. Sebagai contoh, seorang anak yang selalu dipuji "pintar" setiap kali mendapat nilai bagus, bisa saja merasa tertekan untuk selalu mencapai standar tersebut. Hal ini bisa membuat anak merasa gagal ketika ia tidak mendapatkan hasil yang sama di kemudian hari. Apresiasi yang baik adalah apresiasi yang tulus dan spesifik. Daripada mengatakan, "Kamu pintar sekali!", cobalah untuk mengatakan, "Mama senang kamu sudah berusaha keras menyelesaikan PR ini." Dengan begitu, anak mengerti bahwa apresiasi yang diberikan bukan hanya karena hasil akhir, tetapi juga atas usaha dan proses yang ia lakukan.
Apresiasi yang baik bisa berbentuk pujian lisan, tepukan di pundak, pelukan, atau hanya sebuah senyuman hangat. Tak perlu selalu berupa kata-kata, karena anak bisa merasakan ketulusan dari sikap kita. Bahkan dalam beberapa kasus, apresiasi yang tidak berlebihan atau terlihat kecil, seperti mendengarkan dengan sungguh-sungguh ketika anak bercerita, dapat sangat berpengaruh pada kepercayaan diri dan rasa aman dalam dirinya. Ketika anak merasa didengar dan dihargai, ia belajar bahwa keberadaannya penting.
Penting juga untuk memahami bahwa apresiasi bisa membentuk pola pikir anak terhadap kegagalan. Anak yang mendapat apresiasi bukan karena hasil, tetapi proses, biasanya lebih mampu mengatasi kegagalan tanpa terlalu terpukul. Mereka belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, dan bukan berarti mereka tidak mampu. Sebagai contoh, jika anak mencoba bermain alat musik baru tetapi gagal di awal, kita bisa memberinya apresiasi dengan mengatakan, "Bagus sekali kamu berani mencoba dan terus berlatih, ini langkah awal yang hebat!" Sikap ini akan membantu anak memahami bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan kesempatan untuk belajar dan mencoba lagi.
Selain memperkuat mental dan emosional anak, apresiasi juga menjadi bekal penting ketika mereka menghadapi lingkungan sosial di luar keluarga, seperti di sekolah atau di lingkungan pertemanan. Anak yang sering mendapat apresiasi cenderung lebih percaya diri dan memiliki pandangan positif tentang dirinya, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Mereka akan lebih mudah berkomunikasi, bersosialisasi, dan memahami perbedaan pendapat dengan teman-temannya.
Pada akhirnya, memberi apresiasi kepada anak adalah investasi jangka panjang. Ini bukan hanya tentang bagaimana anak merasa hari ini, tetapi tentang bagaimana ia akan melihat dirinya di masa depan. Anak yang merasa dihargai akan lebih mudah menghargai dirinya sendiri, memiliki keyakinan yang kokoh, dan memiliki motivasi yang kuat untuk terus belajar dan berkembang. Tanpa apresiasi yang tepat, anak mungkin tumbuh menjadi pribadi yang kurang percaya diri atau selalu mencari validasi dari orang lain. Ini bisa berdampak pada kesehatannya, baik secara mental maupun emosional, karena anak akan selalu merasa perlu membuktikan dirinya.
Jadi, jika kamu ingin membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan penuh integritas, cobalah untuk selalu memberi apresiasi yang tulus. Lakukan dengan cara yang sesuai dan hindari berlebihan. Biarkan anak tahu bahwa setiap usahanya dihargai dan dipandang penting. Tanpa disadari, apresiasi yang konsisten akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Mari kita jadikan apresiasi sebagai bagian penting dari cara kita membesarkan anak-anak yang kelak akan membawa dampak positif bagi dunia di sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H