Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jangan Menikah Jika Hanya Mencari Kebahagiaan

1 November 2024   15:11 Diperbarui: 1 November 2024   15:37 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cincin Pernikahan. Pixabay.comFLY_Fotografia 

Pernikahan seringkali digambarkan sebagai pintu gerbang menuju kebahagiaan seumur hidup. Tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa menikah akan membawa mereka pada kehidupan yang lebih bahagia, lebih lengkap, dan lebih bermakna. Bayangan tentang hari pernikahan yang penuh kebahagiaan dan masa depan indah bersama pasangan mungkin ada di benak banyak orang. Namun, apakah menikah demi kebahagiaan semata adalah keputusan yang bijak? Menikah memang bisa membawa kebahagiaan, tetapi hanya jika kita memasuki hubungan ini dengan tujuan yang lebih dalam dari sekadar mencari kebahagiaan pribadi.

Jika kamu berpikir bahwa pernikahan adalah jalan menuju kebahagiaan yang permanen, kamu mungkin akan terkejut dengan kenyataan yang ada. Pernikahan bukanlah suatu obat mujarab yang bisa menyelesaikan segala permasalahan atau membuat kita bahagia setiap saat. Faktanya, pernikahan adalah sebuah hubungan yang penuh dinamika, di mana setiap pasangan harus siap menghadapi pasang surut kehidupan. Menikah hanya karena ingin bahagia akan membuat hubungan itu terasa berat ketika masalah mulai muncul. Pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang dilandasi oleh komitmen untuk saling mendukung, memahami, dan menerima, bukan sekadar alat untuk mengejar kebahagiaan pribadi.

Mari kita lihat beberapa alasan mengapa menikah demi kebahagiaan semata bukanlah dasar yang cukup kuat untuk membangun pernikahan yang sehat dan langgeng.

Kebahagiaan Itu Dinamis, Tidak Bisa Dijamin

Kebahagiaan adalah kondisi yang berubah-ubah. Apa yang membuatmu bahagia hari ini, mungkin tidak sama besok atau beberapa tahun ke depan. Jika kamu memasuki pernikahan dengan ekspektasi bahwa pasanganmu akan selalu membuatmu bahagia, kamu menempatkan beban yang berat pada hubungan itu. Pasangan adalah manusia biasa yang punya kekurangan, kelemahan, dan keterbatasannya sendiri. Bayangkan, ketika kita memasuki pernikahan hanya demi kebahagiaan, lalu pada satu titik pasanganmu tidak bisa membuatmu bahagia seperti dulu. Apakah itu berarti pernikahan kalian gagal? Kebahagiaan sejati seharusnya berasal dari diri sendiri, bukan bergantung pada orang lain.

Kebahagiaan yang kita harapkan dari pernikahan juga seringkali tidak realistis. Bayangkan seseorang yang menikah dengan harapan pasangan akan selalu bisa membahagiakannya. Ketika kenyataan tidak sesuai harapan misalnya saat pasangan sedang memiliki masalah pribadi atau sedang tidak dalam kondisi terbaiknya kekecewaan bisa muncul. Bahkan, banyak pasangan yang akhirnya merasa bahwa pernikahan mereka adalah kesalahan hanya karena kebahagiaan yang mereka harapkan tidak sepenuhnya terwujud. Padahal, kebahagiaan dalam pernikahan harus dibangun bersama, bukan diberikan oleh satu pihak saja.

Pernikahan Membutuhkan Tanggung Jawab yang Besar

Pernikahan bukan hanya untuk kebahagiaan semata, tetapi juga tentang tanggung jawab. Ketika kamu menikah, ada banyak hal yang harus kamu jalani bersama pasangan, mulai dari mengelola keuangan, menjaga kesehatan mental masing-masing, hingga membangun keluarga jika memutuskan memiliki anak. Ini semua membutuhkan kerja sama, komunikasi, dan komitmen. Jika kamu hanya mengejar kebahagiaan semata, tanggung jawab ini bisa terasa berat dan membebani. Pernikahan yang kuat dibangun di atas kemauan untuk saling mendukung dan memikul tanggung jawab bersama.

Coba bayangkan, kamu memiliki beban pekerjaan yang berat, masalah keuangan yang menekan, dan tuntutan untuk menjaga keharmonisan keluarga. Jika pernikahan hanya dilihat sebagai sumber kebahagiaan pribadi, maka semua tanggung jawab ini bisa terasa sangat melelahkan. Padahal, pernikahan yang sehat adalah tentang bagaimana kedua belah pihak bersedia bekerja sama untuk mengatasi berbagai masalah yang ada. Tanggung jawab yang datang bersama pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap remeh atau diabaikan.

Kebahagiaan Tidak Bisa Dipaksakan Lewat Pernikahan

Mengejar kebahagiaan lewat pernikahan juga bisa menjadi jebakan tersendiri. Saat kamu berharap pasangan akan selalu memberikan kebahagiaan, kamu mungkin akan kecewa ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Pasanganmu adalah manusia biasa yang juga memiliki perasaan, masalah, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tidak realistis untuk mengharapkan pasanganmu selalu menjadi sumber kebahagiaanmu, karena pada akhirnya, setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaannya sendiri. Menikah dengan harapan seperti ini hanya akan membuatmu rentan merasa kecewa dan bahkan mungkin merasa kesepian meski sudah menikah.

Kamu juga perlu menyadari bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri, bukan hal yang bisa dipaksakan oleh orang lain. Menikah hanya demi mencari kebahagiaan akan membuatmu merasa terjebak saat hubungan itu tidak berjalan sesuai harapan. Ingatlah bahwa pernikahan yang sehat adalah ketika dua orang yang sudah merasa bahagia dengan dirinya sendiri memutuskan untuk berbagi kehidupan bersama, bukan untuk menuntut kebahagiaan dari pasangan. Dengan begitu, kamu bisa lebih siap menghadapi berbagai dinamika yang ada dalam hubungan pernikahan.

Menikah Adalah Tentang Penerimaan, Bukan Pemenuhan Ekspektasi

Ketika kamu menikah, kamu harus siap menerima pasanganmu apa adanya. Jika kamu hanya mengejar kebahagiaan, kamu mungkin akan kesulitan menerima kekurangan pasanganmu. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, dan menikah berarti siap untuk menerima semua sisi pasangan, baik dan buruk. Jika kamu terus-menerus menuntut kebahagiaan dari pasangan, hubungan kalian akan penuh dengan ekspektasi yang berat. Sebaliknya, dengan belajar menerima pasangan apa adanya, kamu akan memiliki hubungan yang lebih sehat dan harmonis.

Salah satu kunci penting dalam pernikahan adalah bagaimana kita bisa saling menerima tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi yang tidak realistis. Kebahagiaan dalam pernikahan justru tercipta ketika kita bisa saling menerima dan mendukung pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bayangkan jika kamu menikah dengan seseorang yang memiliki ekspektasi tinggi terhadapmu; pasti ada tekanan yang besar. Begitu pula sebaliknya, jika kamu terus menuntut pasangan untuk selalu memenuhi ekspektasimu, hubungan itu akan terasa kaku dan penuh tekanan.

Kebahagiaan Sejati Dimulai dari Diri Sendiri

Sebelum menikah, ada baiknya jika kamu sudah merasa bahagia dengan dirimu sendiri. Menikah dengan harapan pasangan akan memenuhi semua kebutuhan emosionalmu bukanlah keputusan yang bijak. Kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri dan tidak bergantung pada siapa pun. Menikah adalah perjalanan untuk berbagi kehidupan, bukan untuk melengkapi kekosongan dalam diri. Jika kamu sudah bahagia dengan dirimu sendiri, kamu akan lebih siap untuk menghadapi berbagai tantangan dalam pernikahan, karena kamu tidak menggantungkan kebahagiaanmu pada pasangan.

Seseorang yang bahagia dengan dirinya sendiri akan lebih mampu memberikan dukungan dan cinta yang tulus kepada pasangan. Sebaliknya, jika kamu merasa kosong dan berharap pasangan akan menjadi pengisi kekosongan itu, kamu mungkin akan terus merasa tidak puas dan mengejar kebahagiaan yang tak kunjung datang. Kebahagiaan dalam pernikahan hanyalah pelengkap, bukan tujuan utama. Jangan menempatkan beban kebahagiaanmu pada pasangan, karena hal ini hanya akan menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.

Pernikahan Adalah Perjalanan Panjang, Bukan Tujuan Akhir

Pernikahan bukanlah akhir dari kisah cinta, melainkan awal dari perjalanan panjang yang akan dipenuhi dengan berbagai tantangan. Jika kamu hanya menikah demi kebahagiaan, kamu mungkin akan merasa tidak siap saat menghadapi kenyataan hidup yang lebih rumit. Kebahagiaan dalam pernikahan adalah sesuatu yang harus dibangun bersama-sama, bukan sesuatu yang secara otomatis ada sejak awal. Pernikahan membutuhkan komitmen, pengertian, dan kerja sama dari kedua belah pihak untuk menghadapi setiap tantangan yang ada.

Dalam pernikahan, kamu akan menghadapi berbagai momen suka dan duka, dan kamu harus siap menjalani keduanya. Jika kamu hanya fokus pada kebahagiaan, kamu mungkin akan kehilangan esensi dari pernikahan itu sendiri. Ingatlah bahwa pernikahan adalah tentang bagaimana kalian bisa saling menguatkan dan mendukung di masa-masa sulit, bukan sekadar mencari kebahagiaan semata. Menikah dengan tujuan yang lebih mendalam dari sekadar kebahagiaan akan membuat hubungan kalian lebih kuat dan lebih bermakna.

Kesimpulan

Menikah bukanlah solusi untuk mencapai kebahagiaan seumur hidup, melainkan sebuah komitmen besar yang penuh dengan tanggung jawab dan tantangan. Menikah hanya demi kebahagiaan pribadi akan membuat hubungan terasa rapuh ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Kebahagiaan sejati berasal dari dalam diri dan sebaiknya tidak digantungkan pada pasangan. Pernikahan yang sehat adalah pernikahan yang dibangun atas dasar saling mendukung, saling menerima, dan bekerja sama dalam menghadapi setiap kondisi, baik senang maupun sulit.

Jika kamu mempertimbangkan pernikahan, tanyakan kembali pada dirimu: apakah kamu siap untuk berbagi hidup dengan orang lain dalam suka dan duka? Menikah bukanlah tentang menemukan kebahagiaan, tetapi tentang menciptakan kebahagiaan bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun