Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Fenomena Dimana Pernikahan Terasa Sepi, Apa Penyebabnya?

28 Oktober 2024   09:52 Diperbarui: 28 Oktober 2024   10:00 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata "pernikahan," kita sering membayangkan kebahagiaan, kebersamaan, dan cinta yang abadi. Banyak orang menganggap pernikahan sebagai puncak dari perjalanan cinta, tempat di mana segala mimpi akan terwujud dan kebahagiaan akan diraih. Namun, kenyataannya, tidak sedikit pasangan yang justru merasa sepi setelah menikah. Fenomena pernikahan yang terasa hampa ini semakin sering dibahas di berbagai platform, mulai dari obrolan dengan teman hingga media sosial. Lalu, apa sebenarnya penyebab di balik fenomena ini, dan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya?

Penyebab Umum Pernikahan yang Terasa Sepi

  1. Rutinitas yang Membuat Hubungan Monoton Setelah menjalani pernikahan selama beberapa tahun, kebanyakan pasangan mulai terbiasa dengan rutinitas yang berulang setiap harinya. Pagi diisi dengan persiapan sebelum bekerja, sore sibuk dengan pekerjaan rumah, dan malam hari sering kali dihabiskan dengan kegiatan terpisah di depan layar ponsel atau televisi. Pada akhirnya, pasangan kehilangan momen berharga untuk berkomunikasi dari hati ke hati, membicarakan mimpi, atau sekadar berbagi rasa. Kondisi ini membuat hubungan terasa datar, seolah hanya dipenuhi tugas dan tanggung jawab, tanpa kehangatan emosional yang seharusnya ada dalam sebuah pernikahan.

  2. Tekanan Pekerjaan dan Kehidupan Sosial Tekanan pekerjaan yang semakin tinggi juga turut memengaruhi kualitas hubungan pernikahan. Jam kerja yang panjang, tugas yang menumpuk, dan kelelahan setelah seharian bekerja membuat banyak pasangan tidak lagi punya energi untuk saling berinteraksi dengan penuh perhatian. Situasi ini menjadi lebih rumit ketika salah satu pasangan memiliki pekerjaan yang lebih menyita waktu dan perhatian, membuat pasangan lainnya merasa diabaikan atau bahkan tidak dihargai. Akibatnya, komunikasi yang tadinya hangat dan saling mendukung berubah menjadi komunikasi yang sebatas "formalitas" belaka.

  3. Kurangnya Komunikasi Emosional Salah satu pondasi penting dalam pernikahan yang sehat adalah komunikasi emosional yang terbuka dan jujur. Sayangnya, banyak pasangan yang merasa tabu atau tidak nyaman membahas perasaan mereka, terutama ketika itu menyangkut rasa kesepian atau kekecewaan terhadap pasangan. Dalam banyak kasus, perasaan ini justru dipendam, yang akhirnya hanya membuat jurang komunikasi semakin lebar. Tanpa adanya komunikasi emosional yang sehat, pernikahan cenderung berubah menjadi relasi yang datar, tanpa keintiman dan kehangatan emosional yang sebenarnya sangat penting dalam mempertahankan keharmonisan.

  4. Ekspektasi yang Tidak Realistis Banyak orang menikah dengan harapan bahwa pasangan mereka akan menjadi sumber kebahagiaan yang abadi, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan juga harus dicari dari dalam diri sendiri. Ekspektasi yang terlalu tinggi ini sering kali berujung pada kekecewaan, terutama ketika pasangan tidak bisa memenuhi semua harapan tersebut. Menyalahkan pasangan atas kebahagiaan pribadi yang kurang terpenuhi akhirnya hanya akan menambah perasaan sepi dan tidak puas dalam hubungan.

Dampak dari Pernikahan yang Terasa Sepi

Rasa sepi dalam pernikahan, jika dibiarkan, dapat membawa dampak yang cukup serius. Ketika komunikasi emosional terputus, banyak pasangan yang mulai mencari pelarian di luar rumah, baik itu dengan pekerjaan, hobi baru, atau bahkan hubungan dengan orang lain. Kondisi ini juga bisa memicu stres, depresi, hingga perselingkuhan yang kerap kali berujung pada perceraian. Berdasarkan survei dari American Psychological Association, lebih dari 40% kasus perceraian terjadi karena ketidakpuasan emosional di antara pasangan.

Penting bagi setiap pasangan untuk memahami bahwa perasaan sepi dalam pernikahan bukanlah hal yang abnormal, tetapi situasi yang harus ditangani dengan bijaksana. Menyadari permasalahan ini adalah langkah awal yang baik untuk memperbaiki hubungan dan kembali menemukan kebahagiaan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun