Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bagaimana Menanggulangi Emisi Karbon dengan Politik Hijau?

25 Oktober 2024   09:46 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:48 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Akibat Perubahan Iklim.Pixabay.com/Yuri_B 

Perubahan iklim adalah isu yang paling kita dengar dan menjadi isu utama diberbagai negara serta semakin mendesak di seluruh dunia. Emisi karbon, terutama karbon dioksida (CO), menjadi salah satu penyebab utama terjadinya pemanasan global. Setiap tahun, aktivitas manusia, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, menghasilkan miliaran ton CO yang dilepaskan ke atmosfer. Data dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa pada tahun 2022, emisi karbon global mencapai rekor tertinggi, yaitu sekitar 36,4 miliar ton. Angka ini menunjukkan bahwa kita perlu segera mengambil tindakan untuk menanggulangi masalah ini. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah penerapan politik hijau.

Apa Itu Politik Hijau?

Politik hijau adalah pendekatan yang menekankan perlindungan lingkungan melalui kebijakan publik dan tindakan politik. Tujuan utamanya adalah menciptakan dunia yang lebih bersih dan sehat dengan cara mengurangi emisi karbon dan dampak negatif lainnya dari aktivitas manusia. Dalam konteks ini, politik hijau tidak hanya berfokus pada perlindungan lingkungan, tetapi juga pada pembangunan berkelanjutan yang melibatkan aspek sosial dan ekonomi.

Politik hijau mencakup berbagai kebijakan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengembangan transportasi ramah lingkungan, dan program edukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Misalnya, negara-negara yang menerapkan kebijakan ini berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Di Denmark, hampir 60% dari total konsumsi energi berasal dari sumber energi terbarukan, menjadikannya salah satu contoh negara dengan komitmen kuat terhadap politik hijau.

Energi Terbarukan untuk Mengurangi Emisi Karbon

Salah satu langkah paling efektif dalam politik hijau adalah transisi dari energi fosil ke energi terbarukan. Energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan hidro, dapat membantu mengurangi emisi karbon secara signifikan. Menurut laporan dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi emisi global hingga 70% pada tahun 2050 jika digunaan secara luas dan bijak.

Negara-negara seperti Jerman dan Swedia telah menunjukkan bahwa transisi ini tidak hanya mungkin, tetapi juga menguntungkan. Jerman, melalui kebijakan "Energiewende," berhasil mengurangi emisi karbonnya sebesar 35% sejak tahun 1990. Mereka berinvestasi besar-besaran dalam energi terbarukan, dan kini lebih dari 40% listrik dihasilkan dari sumber terbarukan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat, kita bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil sekaligus meningkatkan keamanan energi.

Namun, tantangan tetap ada. Biaya awal untuk menginstalasi sistem energi terbarukan bisa menjadi penghalang, terutama di negara-negara berkembang. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan insentif pajak dan subsidi untuk mendukung transisi ini. Dengan cara ini, masyarakat dapat lebih mudah beralih ke energi terbarukan tanpa merasa terbebani secara finansial.

Transportasi Ramah Lingkungan

Sektor transportasi adalah kontributor utama emisi karbon, menyumbang sekitar 14% dari total emisi global. Untuk itu, politik hijau harus mencakup kebijakan transportasi ramah lingkungan. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah pengembangan transportasi umum yang efisien dan ramah lingkungan. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, solusi ini sangat penting untuk mengurangi kemacetan dan polusi udara.

Beberapa kota di dunia telah berhasil mengimplementasikan sistem transportasi publik yang berkelanjutan. Contohnya, kota Amsterdam dengan sistem sepeda yang sangat baik. Sekitar 63% penduduknya menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama. Hal ini tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat.

Selain itu, kendaraan listrik juga menjadi solusi yang menarik. Di Norwegia, misalnya, lebih dari 54% penjualan mobil baru adalah kendaraan listrik. Pemerintah memberikan insentif, seperti penghapusan pajak dan fasilitas parkir gratis, untuk mendorong masyarakat beralih ke kendaraan listrik. Dengan langkah-langkah ini, Norwegia berhasil mengurangi emisi dari sektor transportasi secara signifikan.

Peran Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Namun, kebijakan politik hijau tidak akan efektif tanpa dukungan masyarakat. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya mengurangi jejak karbon harus menjadi bagian integral dari politik hijau. Masyarakat perlu menyadari bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan.

Edukasi bisa dilakukan melalui kampanye publik, seminar, dan program sekolah. Misalnya, di beberapa negara, kurikulum pendidikan telah diubah untuk mencakup pelajaran tentang perubahan iklim dan perlindungan lingkungan. Dengan cara ini, generasi muda dapat memahami pentingnya menjaga planet kita sejak dini.

Kampanye kesadaran masyarakat juga dapat mendorong orang untuk melakukan tindakan kecil yang berdampak besar, seperti mengurangi penggunaan plastik, daur ulang, dan beralih ke produk ramah lingkungan. Ketika masyarakat memahami dampak dari tindakan mereka, mereka akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan.

Kesuksesan dan Tantangan?

Beberapa negara telah berhasil menerapkan politik hijau dengan baik, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Meskipun Jerman dan Swedia telah menunjukkan bahwa transisi ke energi terbarukan mungkin dilakukan, negara-negara lain masih berjuang dengan hambatan ekonomi dan politik. Di banyak negara berkembang, ketergantungan pada energi fosil masih sangat tinggi, dan perubahan ini membutuhkan waktu dan investasi yang signifikan.

Namun, ada contoh sukses yang dapat menjadi inspirasi. Di Costa Rica, pemerintah berhasil memproduksi lebih dari 99% energinya dari sumber terbarukan. Negara ini juga aktif dalam melindungi hutan dan keanekaragaman hayati, menjadikannya sebagai contoh negara yang menerapkan politik hijau secara holistik.

Kesimpulan

Menanggulangi emisi karbon melalui politik hijau adalah sebuah langkah penting untuk menyelamatkan planet ini. Dengan beralih ke energi terbarukan, mengembangkan transportasi ramah lingkungan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih bersih dan sehat. Politik hijau bukan hanya tanggung jawab pemerintah; setiap individu juga memiliki peran penting dalam upaya ini.

Mari kita dukung kebijakan ramah lingkungan dan berpartisipasi aktif dalam menjaga bumi kita. Dengan bersama-sama mengambil langkah kecil, kita dapat mencapai tujuan besar dalam melawan perubahan iklim dan menciptakan dunia yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun