Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Merdeka, Apakah Sudah Memerdekakan Pendidikan?

24 Oktober 2024   13:26 Diperbarui: 24 Oktober 2024   13:39 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Misalnya, jika ada siswa yang tertarik pada bidang seni, guru bisa lebih fokus mengembangkan kreativitasnya, daripada memaksakan pembelajaran yang sifatnya terlalu akademis. Begitu juga dengan siswa yang tertarik pada teknologi, mereka bisa mendapatkan porsi belajar lebih banyak terkait keterampilan digital.

Namun, implementasi dari kebebasan ini masih belum sepenuhnya merata. Beberapa guru, terutama di daerah-daerah terpencil, masih menghadapi berbagai keterbatasan. Mulai dari kurangnya pelatihan hingga minimnya akses terhadap bahan ajar yang mendukung. 

Sebagai contoh, di sekolah-sekolah di perkotaan, penerapan metode pengajaran berbasis proyek atau teknologi mungkin berjalan lancar, karena didukung oleh fasilitas yang memadai.

 Tetapi di daerah pedesaan, dengan keterbatasan infrastruktur, penerapan Kurikulum Merdeka masih menemui banyak kendala. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi pemerintah untuk menyamaratakan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia.

Selain itu, kebebasan dalam belajar juga menuntut siswa untuk lebih mandiri. Di satu sisi, hal ini sangat positif karena siswa diajak untuk lebih aktif dalam mengembangkan diri. Namun, kebebasan ini juga bisa menjadi bumerang jika tidak dibarengi dengan panduan yang jelas dari guru dan orang tua. 

Tanpa arahan yang tepat, siswa justru bisa merasa kebingungan dan kehilangan motivasi untuk belajar. Oleh karena itu, penting bagi setiap sekolah untuk tetap menyediakan bimbingan yang memadai agar siswa bisa memanfaatkan kebebasan ini dengan baik.

Penghapusan Ujian Nasional Apakah Solusi Tepat?

Salah satu langkah paling kontroversial dalam Kurikulum Merdeka adalah penghapusan Ujian Nasional. Ujian yang selama bertahun-tahun menjadi momok bagi siswa ini digantikan dengan asesmen berbasis proses. 

Dalam asesmen ini, siswa dinilai dari keseluruhan proses belajarnya, bukan hanya dari hasil ujian yang berlangsung beberapa jam. Dengan demikian, siswa diharapkan tidak lagi merasa terbebani oleh tekanan ujian semata.

Namun, apakah penghapusan Ujian Nasional sudah cukup memecahkan masalah? Memang, tekanan psikologis pada siswa menjadi berkurang, tetapi tanpa ujian standar yang bersifat nasional, muncul kekhawatiran mengenai bagaimana mengukur kualitas pendidikan secara merata di seluruh Indonesia. 

Seperti yang kita ketahui, sistem pendidikan di setiap daerah memiliki tantangannya masing-masing, dan tanpa ujian yang seragam, mungkin akan sulit untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan kurikulum baru ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun