Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tingginya Tuntutan Akdemik Membuat Siswa Mengalami Stres Belajar

23 Oktober 2024   15:23 Diperbarui: 23 Oktober 2024   15:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuntutan akademik yang semakin tinggi dalam dunia pendidikan saat ini menjadi masalah yang serius, terutama bagi para siswa. Tidak sedikit dari mereka yang merasa tertekan dengan beban akademik yang harus mereka pikul setiap harinya. Dari tugas yang bertumpuk hingga persiapan menghadapi ujian besar, tekanan yang dialami para siswa kerap kali berujung pada stres belajar yang berkepanjangan. Bahkan, hal ini tidak hanya memengaruhi kinerja akademik mereka, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan mental dan emosional.

Stres belajar adalah kondisi di mana seorang siswa merasa terbebani oleh ekspektasi akademik yang tinggi, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan sekitarnya. Biasanya, stres ini disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti tekanan untuk mendapatkan nilai sempurna, keharusan lulus ujian dengan hasil yang baik, serta tuntutan untuk masuk ke perguruan tinggi favorit. Dalam kondisi seperti ini, banyak siswa yang merasa terjebak dalam lingkaran stres yang sulit diatasi. Bukan hanya rasa lelah fisik, mereka juga sering merasa lelah secara mental, yang jika dibiarkan, dapat berdampak buruk pada kesehatan mental mereka secara keseluruhan.

Penyebab Utama Stres Belajar pada Siswa

Salah satu penyebab utama stres belajar adalah ekspektasi yang terlalu tinggi. Baik itu dari orang tua, guru, atau bahkan diri sendiri, ekspektasi ini menambah beban psikologis yang signifikan pada siswa. Sebuah studi oleh American Psychological Association menemukan bahwa 45% siswa SMA di Amerika mengalami tingkat stres yang tinggi, dan angka ini cenderung meningkat di negara-negara dengan sistem pendidikan yang kompetitif, seperti Korea Selatan dan Jepang. Hal ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia, di mana banyak siswa merasa terbebani oleh tuntutan akademik yang harus mereka capai.

Selain itu, kurangnya manajemen waktu yang efektif juga sering kali menjadi penyebab stres belajar. Banyak siswa yang kesulitan membagi waktu antara belajar, kegiatan ekstrakurikuler, kehidupan sosial, dan istirahat. Ketika semuanya bertumpuk dalam waktu yang bersamaan, stres menjadi tidak terhindarkan. Seiring dengan itu, jadwal belajar yang padat juga memberikan kontribusi yang signifikan. Tugas yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, ujian yang berdekatan, serta kegiatan tambahan lainnya membuat siswa merasa waktu yang mereka miliki tidak pernah cukup.

Tak hanya itu, persaingan antar siswa juga menjadi faktor yang memperparah stres belajar. Dalam lingkungan pendidikan yang sangat kompetitif, banyak siswa yang merasa harus selalu lebih baik dari teman-teman mereka. Hal ini bukan hanya menciptakan tekanan yang luar biasa, tetapi juga membuat siswa merasa bahwa nilai dan pencapaian akademik adalah satu-satunya tolak ukur keberhasilan mereka.

Dampak Stres Belajar pada Siswa

Stres belajar yang tidak diatasi dengan baik dapat memberikan dampak yang cukup serius bagi siswa, baik dari segi akademis maupun kesejahteraan mental mereka. Secara akademik, siswa yang mengalami stres cenderung mengalami penurunan kinerja. Mereka mungkin menjadi lebih sulit berkonsentrasi saat belajar, sehingga prestasi akademik mereka menurun. Selain itu, mereka juga bisa kehilangan motivasi untuk belajar dan merasa tidak mampu mencapai tujuan akademik mereka, yang pada akhirnya bisa memicu rasa putus asa.

Dampak stres belajar tidak berhenti pada aspek akademik saja. Secara emosional, siswa yang mengalami stres belajar cenderung merasa cemas, gelisah, bahkan depresi. Rasa cemas ini sering kali muncul saat mereka merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi yang diberikan kepada mereka. Jika dibiarkan, stres yang terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kecemasan yang lebih serius, bahkan depresi. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Adolescence, siswa yang mengalami stres belajar kronis memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.

Secara fisik, stres juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Beberapa gejala fisik yang sering muncul akibat stres belajar meliputi sakit kepala, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, hingga masalah pencernaan. Dalam jangka panjang, stres yang tidak ditangani dengan baik dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga siswa menjadi lebih rentan terhadap penyakit.

Cara Mengatasi Stres Belajar

Meskipun stres belajar tampaknya tidak dapat dihindari, ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Manajemen waktu yang baik adalah salah satu kunci untuk mengurangi stres belajar. Siswa perlu belajar bagaimana membagi waktu mereka secara efektif antara belajar, kegiatan sosial, dan waktu istirahat. Dengan manajemen waktu yang baik, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas mereka tepat waktu tanpa merasa terbebani.

Selain itu, istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik siswa. Banyak siswa yang sering kali mengorbankan waktu tidur mereka untuk belajar lebih lama. Padahal, tidur yang cukup merupakan faktor penting dalam meningkatkan konsentrasi dan daya ingat. Sebuah studi yang dipublikasikan di Sleep Journal menunjukkan bahwa siswa yang tidur cukup cenderung memiliki performa akademik yang lebih baik dibandingkan mereka yang sering begadang.

Berbicara dengan seseorang juga dapat membantu siswa mengatasi stres mereka. Baik itu orang tua, guru, atau teman dekat, berbagi perasaan dan kekhawatiran yang dialami dapat meringankan beban mental siswa. Dalam beberapa kasus, konseling dengan profesional kesehatan mental juga bisa menjadi solusi yang efektif untuk membantu siswa mengelola stres belajar mereka.

Selain itu, dukungan dari orang tua dan guru juga sangat krusial. Orang tua dan guru perlu memahami bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan ritme belajar yang berbeda. Mendorong siswa untuk selalu berprestasi memang penting, namun hal ini harus dilakukan dengan cara yang tepat, tanpa menimbulkan tekanan berlebihan. Sebuah pendekatan yang lebih mendukung, seperti memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan siswa, bisa memberikan dampak positif yang signifikan bagi kesejahteraan mereka.

Pentingnya Menjaga Keseimbangan antara Akademik dan Kehidupan Pribadi

Agar siswa bisa menghindari stres belajar, penting bagi mereka untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan kehidupan pribadi. Siswa perlu memahami bahwa prestasi akademik bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan dalam hidup. Kegiatan di luar sekolah, seperti berolahraga, berkumpul dengan teman, atau menekuni hobi, juga penting untuk menjaga keseimbangan mental dan emosional.

Keseimbangan ini dapat dicapai dengan meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan di luar belajar. Misalnya, siswa bisa berolahraga secara teratur, membaca buku yang mereka sukai, atau menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman. Aktivitas-aktivitas ini bisa membantu meredakan stres dan memberikan energi positif bagi siswa, sehingga mereka bisa kembali fokus pada belajar dengan pikiran yang lebih segar.

Kesimpulan

Tuntutan akademik yang tinggi memang menjadi tantangan yang tidak bisa dihindari dalam sistem pendidikan modern. Namun, penting bagi kita untuk tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga memperhatikan kesehatan mental dan kesejahteraan siswa. Dengan manajemen waktu yang baik, dukungan dari orang tua dan guru, serta menjaga keseimbangan antara kehidupan akademik dan pribadi, siswa bisa mengatasi stres belajar dan mencapai prestasi akademik tanpa merasa terbebani. Pada akhirnya, menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan mendukung adalah kunci agar siswa bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, baik dari segi akademik maupun pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun