Getuk adalah salah satu kuliner tradisional Indonesia yang mungkin sering kamu dengar, terutama jika kamu tinggal di pulau Jawa. Kudapan berbahan dasar singkong ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa sejak lama.Â
Namun, bagi mereka yang pernah mencicipinya, getuk bukan hanya sekadar makanan. Rasa manis yang lembut, berpadu dengan parutan kelapa, menjadikannya sebuah pengalaman kuliner yang sulit dilupakan. Bahkan, di tengah gempuran makanan modern dan olahan internasional, getuk tetap mempertahankan pesonanya, membuktikan bahwa cita rasa tradisional tak pernah pudar.
Asal-Usul Getuk
Getuk berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana singkong menjadi bahan pangan utama bagi masyarakat setempat. Pada masa penjajahan, ketika beras menjadi komoditas yang langka dan mahal, masyarakat Jawa beralih menggunakan singkong sebagai pengganti nasi.Â
Dari situlah, getuk lahir sebagai salah satu inovasi untuk mengolah singkong menjadi makanan yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga enak dan manis.
Pembuatan getuk sendiri sederhana, tetapi memerlukan keahlian dalam memadukan bahan-bahan agar menghasilkan tekstur yang tepat. Singkong direbus hingga matang, kemudian ditumbuk atau digiling sampai halus, dan dicampur dengan gula merah atau gula pasir untuk menciptakan rasa manis yang khas.
 Setelah itu, getuk dihiasi dengan parutan kelapa untuk memberikan tekstur yang lebih kaya dan rasa yang gurih.Â
Dari cara pembuatannya saja, getuk sudah menunjukkan filosofi hidup masyarakat Jawa yang sederhana namun penuh makna. Mereka memanfaatkan bahan-bahan lokal yang mudah didapat untuk menciptakan sesuatu yang istimewa.
Bukan Sekadar Makanan, Melainkan Sebuah Warisan Budaya
Keunikan getuk terletak pada kemampuannya untuk memadukan bahan-bahan yang sangat sederhana menjadi kudapan yang lezat dan menggugah selera. Jika kamu membandingkannya dengan makanan modern, mungkin getuk terlihat sangat sederhana.Â