Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Gen-Z Sulit Mengelola Emosi?

16 Oktober 2024   15:51 Diperbarui: 19 Oktober 2024   14:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wanita Marah. Pixabay.com/Iffany 

Generasi ini cenderung tidak terbiasa menghadapi kesulitan, karena lingkungan mereka cenderung cepat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

 Akibatnya, ketika mereka dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan, seperti kegagalan dalam pekerjaan atau hubungan, mereka merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana mengelola emosi negatif yang muncul.

Studi yang dipublikasikan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa terlalu banyak proteksi dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan atau tantangan hidup, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental dan emosional.

4. Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental

Saat ini, Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat sadar akan pentingnya kesehatan mental. Banyak dari mereka terbuka dalam membicarakan masalah kesehatan mental, dan ini adalah hal yang positif. 

Namun, kesadaran yang tinggi ini juga memiliki sisi negatif. Banyak dari Gen Z yang cenderung terlalu fokus pada diagnosis kesehatan mental, tanpa membekali diri dengan keterampilan untuk mengelola emosi sehari-hari.

Kesadaran akan gangguan seperti kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar sangatlah penting, tetapi jika tidak diiringi dengan pendidikan tentang bagaimana mengelola emosi, hal ini justru dapat menyebabkan ketergantungan pada label-label psikologis. 

Alih-alih mencoba menyelesaikan masalah secara mandiri, mereka sering kali menyerah pada keadaan atau menghindari tantangan emosional dengan alasan masalah mental.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kesadaran kesehatan mental meningkat, masih diperlukan pendekatan yang lebih seimbang agar mereka juga belajar bagaimana mengatasi masalah emosi tanpa selalu mengaitkannya dengan gangguan mental.

5. Tekanan dalam Sistem Pendidikan dan Pekerjaan

Gen Z juga hidup di tengah tekanan besar dari sistem pendidikan dan pasar kerja. Sistem pendidikan yang semakin kompetitif, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, membuat mereka merasa harus selalu tampil sempurna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun