Generasi ini cenderung tidak terbiasa menghadapi kesulitan, karena lingkungan mereka cenderung cepat menyelesaikan masalah yang dihadapi.
 Akibatnya, ketika mereka dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan, seperti kegagalan dalam pekerjaan atau hubungan, mereka merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana mengelola emosi negatif yang muncul.
Studi yang dipublikasikan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa terlalu banyak proteksi dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan atau tantangan hidup, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental dan emosional.
4. Peningkatan Kesadaran Kesehatan Mental
Saat ini, Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat sadar akan pentingnya kesehatan mental. Banyak dari mereka terbuka dalam membicarakan masalah kesehatan mental, dan ini adalah hal yang positif.Â
Namun, kesadaran yang tinggi ini juga memiliki sisi negatif. Banyak dari Gen Z yang cenderung terlalu fokus pada diagnosis kesehatan mental, tanpa membekali diri dengan keterampilan untuk mengelola emosi sehari-hari.
Kesadaran akan gangguan seperti kecemasan, depresi, dan gangguan bipolar sangatlah penting, tetapi jika tidak diiringi dengan pendidikan tentang bagaimana mengelola emosi, hal ini justru dapat menyebabkan ketergantungan pada label-label psikologis.Â
Alih-alih mencoba menyelesaikan masalah secara mandiri, mereka sering kali menyerah pada keadaan atau menghindari tantangan emosional dengan alasan masalah mental.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kesadaran kesehatan mental meningkat, masih diperlukan pendekatan yang lebih seimbang agar mereka juga belajar bagaimana mengatasi masalah emosi tanpa selalu mengaitkannya dengan gangguan mental.
5. Tekanan dalam Sistem Pendidikan dan Pekerjaan
Gen Z juga hidup di tengah tekanan besar dari sistem pendidikan dan pasar kerja. Sistem pendidikan yang semakin kompetitif, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, membuat mereka merasa harus selalu tampil sempurna.Â