Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Bubur Diaduk atau Tidak, Perdebatan Abadi yang Tak Pernah Usai

14 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 19 Oktober 2024   13:30 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bubur Ayam. Pexels.com/Achmad Maulana

Pertarungan Rasa dan Preferensi, Mengapa Ini Begitu Penting?

Namun, pertanyaannya adalah: mengapa cara makan bubur bisa menjadi perdebatan yang begitu panas? Bukankah ini hanya soal selera? Di sinilah letak menariknya. Ternyata, pilihan untuk mengaduk atau tidak mengaduk bubur ayam tidak sekadar soal selera, tapi bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang. Ini mungkin terdengar berlebihan, tapi jika dilihat lebih dalam, preferensi makan seseorang sering kali menunjukkan bagaimana cara dia menghadapi kehidupan.

Mereka yang memilih untuk mengaduk bubur mungkin mencerminkan kepribadian yang lebih pragmatis dan teratur. Mereka suka segala sesuatu berjalan sesuai rencana, terstruktur, dan tidak ingin ada bagian yang terlewatkan. Setiap elemen harus menyatu sempurna, sebagaimana mereka menginginkan hidup yang terorganisir.

Sebaliknya, mereka yang tidak mengaduk bubur cenderung lebih suka menikmati kehidupan secara spontan. Mereka menghargai setiap momen secara terpisah dan tidak merasa perlu untuk mencampur semua aspek kehidupan menjadi satu. Setiap bagian, seperti halnya topping bubur ayam, memiliki tempat dan nilainya sendiri.

Hal ini bisa menjelaskan mengapa perdebatan ini tampaknya tak pernah usai. Ini bukan sekadar soal makanan, tapi soal prinsip dan cara pandang hidup. Dan ketika kedua hal ini bersinggungan, perdebatan memang sulit untuk dihentikan.

Apakah Ada Jawaban yang Benar?

Lalu, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu termasuk tim bubur diaduk atau tidak? Pada akhirnya, tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam perdebatan ini. Setiap orang bebas menikmati bubur ayam sesuai dengan caranya masing-masing. Diaduk atau tidak, bubur ayam tetaplah makanan yang lezat dan penuh gizi, cocok untuk dinikmati kapan saja, terutama di pagi hari.

Namun, yang menarik adalah bagaimana sebuah hal yang sederhana seperti cara makan bubur bisa memicu diskusi dan bahkan perdebatan. Perdebatan ini sebenarnya adalah cerminan betapa beragamnya cara orang menikmati makanan, yang pada akhirnya mencerminkan betapa kaya dan bervariasinya budaya kuliner kita. Mungkin, ini adalah hal yang membuat makanan begitu istimewa: di dalamnya, ada cerita, preferensi, dan filosofi hidup.

Jadi, lain kali kamu menyantap bubur ayam, mungkin kamu akan memikirkan ulang pilihanmu. Apakah bubur sebaiknya diaduk atau tidak? Lebih dari sekadar rasa, pilihan ini bisa mencerminkan siapa dirimu dan bagaimana kamu melihat hidup. Namun, yang paling penting, nikmatilah bubur ayam tersebut dengan hati yang bahagia. Toh, perdebatan ini tidak akan pernah berakhir, jadi yang terbaik adalah menikmatinya sambil berbagi tawa dengan teman atau keluarga.

Kesimpulan

Perdebatan mengenai bubur diaduk atau tidak memang seolah tak ada ujungnya. Bagi sebagian orang, mengaduk adalah kunci untuk mendapatkan rasa yang sempurna, sementara yang lain lebih suka menikmati setiap topping secara terpisah. Pada akhirnya, cara makan bubur ini adalah soal preferensi pribadi. Yang terpenting adalah menikmati makanan dengan cara yang membuatmu bahagia. Jadi, tim manakah kamu? Diaduk atau tidak, selamat menikmati bubur ayam favoritmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun