Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ini yang Terjadi pada Tubuhmu Ketika Kamu Marah

12 Oktober 2024   19:21 Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:32 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ekspresi Marah. Pixabay.com/Alexas_Fotos 

Marah adalah salah satu emosi yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia. Semua orang, dari waktu ke waktu, pasti pernah merasakan marah. Meskipun marah adalah reaksi yang wajar terhadap situasi yang mengecewakan atau menyakitkan, sering kali kita tidak menyadari dampak yang ditimbulkan oleh kemarahan terhadap tubuh kita. Tidak hanya berpengaruh pada perasaan dan pikiran, marah juga membawa dampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental jika tidak dikelola dengan baik.

Lantas, apa saja yang sebenarnya terjadi pada tubuhmu ketika kamu marah? Mengapa tubuh kita bereaksi begitu kuat saat emosi ini muncul? Untuk memahami sepenuhnya, kita perlu mengurai bagaimana tubuh berfungsi saat kamu berada di bawah pengaruh kemarahan.

Detak Jantung Meningkat Tajam

Ketika kamu marah, sistem saraf simpatik di dalam tubuhmu segera aktif, dan inilah yang memicu reaksi "fight or flight" (lawan atau lari). Ini adalah respons alami tubuh ketika merasa ada ancaman atau tekanan. Salah satu tanda paling jelas dari reaksi ini adalah peningkatan detak jantung. Jantungmu mulai berdetak lebih cepat untuk memompa darah lebih banyak ke otot-otot besar dalam tubuh, seperti otot kaki dan tangan. Tujuannya sederhana: mempersiapkan tubuh untuk melawan atau melarikan diri dari situasi yang dianggap berbahaya.

Namun, jika kemarahan menjadi sesuatu yang sering dialami, detak jantung yang terus-menerus meningkat ini bisa berbahaya bagi kesehatan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa kemarahan yang tidak terkendali dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan hipertensi. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam European Heart Journal, orang yang sering marah berisiko dua kali lipat mengalami serangan jantung dalam dua jam setelah kemarahan meledak .

Otot Menjadi Tegang

Salah satu reaksi fisik yang terjadi saat kamu marah adalah ketegangan otot. Ketika sistem saraf simpatik aktif, otot-otot di tubuhmu, terutama di bagian leher, bahu, dan punggung, menjadi tegang. Tubuh secara otomatis menyiapkan diri untuk bertahan, dan ketegangan otot adalah salah satu cara tubuh melindungi diri dari potensi cedera. Jika marah terjadi secara sesekali, ketegangan otot ini akan segera mereda. Namun, bila kamu sering mengalami kemarahan, ketegangan otot yang terus-menerus dapat menyebabkan nyeri kronis, terutama di leher dan punggung.

Sebuah studi yang dipublikasikan oleh American Psychological Association menunjukkan bahwa orang yang memiliki masalah mengendalikan kemarahan lebih rentan mengalami masalah otot dan sendi. Ketegangan yang berkepanjangan bisa menyebabkan kondisi seperti myofascial pain syndrome atau bahkan fibromyalgia. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya pikiran yang terpengaruh oleh kemarahan, tetapi juga tubuhmu .

Hormon Stres Dilepaskan

Saat kamu marah, tubuh melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Adrenalin adalah hormon yang bertanggung jawab untuk meningkatkan detak jantung dan mempersiapkan otot untuk bekerja lebih keras. Sementara itu, kortisol, yang sering disebut sebagai "hormon stres," juga memainkan peran penting dalam mengatur bagaimana tubuh merespons tekanan. Kortisol meningkatkan kadar gula darah dan menekan sistem kekebalan tubuh sementara.

Meski hormon-hormon ini penting dalam situasi darurat, paparan jangka panjang terhadap kadar adrenalin dan kortisol yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat kortisol yang tinggi secara kronis dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan gangguan sistem kekebalan tubuh .

Perubahan pada Sistem Pencernaan

Salah satu efek fisik yang sering diabaikan saat marah adalah gangguan pada sistem pencernaan. Ketika kamu merasa marah, tubuh cenderung memperlambat proses pencernaan karena energi dialihkan untuk menghadapi situasi yang menimbulkan stres. Hal ini bisa menyebabkan masalah seperti mual, sakit perut, atau bahkan muntah dalam situasi yang sangat intens.

Bagi mereka yang sering mengalami marah atau stres, gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus (IBS) atau peningkatan asam lambung bisa menjadi masalah yang berulang. Penelitian dari Journal of Clinical Gastroenterology menunjukkan bahwa stres emosional, termasuk kemarahan, dapat memicu gejala IBS pada banyak individu .

Gangguan Pernapasan

Selain perubahan pada sistem pencernaan, kamu mungkin juga merasakan perubahan dalam pernapasan saat marah. Marah sering kali menyebabkan napas menjadi lebih pendek dan cepat. Hal ini terjadi karena tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman. Bagi sebagian orang, napas pendek ini bisa memicu rasa sesak di dada atau bahkan serangan asma, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan.

Sebuah penelitian dari Harvard Medical School menemukan bahwa individu yang sering mengalami kemarahan memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan pernapasan jangka panjang, seperti bronkitis kronis dan asma . Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga emosi agar tidak berlebihan, demi kesehatan pernapasanmu.

Dampak pada Wajah dan Kulit

Mungkin kamu tidak menyadarinya, tetapi ekspresi wajahmu saat marah juga bisa berdampak pada penampilan kulit dalam jangka panjang. Ketika marah, kamu cenderung mengerutkan dahi, mengepalkan rahang, atau mengerutkan bibir. Ekspresi wajah ini jika dilakukan berulang-ulang dapat memicu munculnya garis-garis halus dan keriput, terutama di area dahi dan sekitar mulut.

Selain itu, hormon stres yang dilepaskan saat marah dapat memicu masalah kulit seperti jerawat atau ruam. Kortisol, misalnya, dapat merangsang produksi minyak berlebih di kulit, yang pada akhirnya bisa menyebabkan jerawat atau masalah kulit lainnya. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Dermatology Journal menemukan bahwa stres emosional berhubungan erat dengan munculnya berbagai masalah kulit, termasuk penuaan dini dan jerawat .

Pengaruh pada Kesehatan Mental

Tidak hanya berdampak pada fisik, kemarahan yang tidak terkendali juga bisa memengaruhi kesehatan mental. Ketika kamu marah, pikiran menjadi kabur, dan sering kali sulit untuk berpikir jernih. Ini bisa membuatmu mengambil keputusan impulsif yang mungkin akan kamu sesali nanti. Selain itu, marah yang terus-menerus bisa meningkatkan risiko mengalami gangguan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya.

Penelitian yang diterbitkan oleh Journal of Affective Disorders menunjukkan bahwa orang yang sering marah lebih rentan mengalami gangguan mental jangka panjang dibandingkan dengan mereka yang mampu mengendalikan emosi dengan baik .

Bagaimana Cara Mengelola Kemarahan?

Melihat dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh kemarahan, sangat penting untuk belajar mengelola emosi ini dengan baik. Beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk mengontrol kemarahan antara lain adalah berlatih teknik pernapasan dalam, meditasi, dan olahraga secara teratur. Olahraga terbukti dapat menurunkan kadar hormon stres dalam tubuh dan membantu menyeimbangkan emosi.

Selain itu, berbicara dengan orang terpercaya atau konselor juga bisa menjadi cara efektif untuk melepaskan emosi negatif. Jangan biarkan kemarahan mengendalikan hidupmu dan berdampak buruk pada kesehatan. Ingat, kesehatan fisik dan mentalmu adalah aset yang berharga.

Kesimpulan

Kemarahan memang bagian dari kehidupan, tetapi memahami dampaknya pada tubuh bisa membuatmu lebih bijak dalam mengelola emosi ini. Dari jantung yang berdetak lebih cepat hingga otot yang tegang, hormon stres yang melonjak, dan perubahan pada pernapasan serta pencernaan, semua ini menunjukkan bahwa tubuh kita merespons kemarahan dengan cara yang sangat nyata. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan marah agar tidak merusak kesehatan fisik maupun mental. Selalu utamakan kesehatanmu dengan mengelola emosi secara positif dan konstruktif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun