Medan, sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, memiliki segudang potensi yang dapat dikembangkan, baik dari segi ekonomi, budaya, hingga pendidikan. Namun, di balik pesatnya pembangunan infrastruktur dan kemajuan ekonomi, ada satu aspek yang seakan terlupakan: literasi. Literasi adalah pondasi utama untuk membangun generasi yang cerdas dan berdaya saing, namun sayangnya, akses terhadap fasilitas literasi di Medan masih sangat terbatas. Di beberapa daerah di Medan, masih banyak anak-anak dan masyarakat yang tidak memiliki akses mudah ke buku atau fasilitas pendidikan informal seperti rumah baca. Masalah ini tidak boleh dianggap remeh, karena dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia di Medan bisa sangat signifikan.
Sebagai seorang calon walikota, tentu tanggung jawab yang Anda emban bukan hanya soal membangun jalan, jembatan, atau fasilitas publik lainnya, tetapi juga harus mencakup pembangunan mental dan intelektual masyarakat. Dan salah satu cara paling efektif untuk meningkatkan kualitas intelektual adalah dengan memperbanyak rumah baca di seluruh penjuru Medan. Rumah baca bukan hanya sekadar tempat membaca buku, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran, kreativitas, dan interaksi sosial yang sangat penting bagi perkembangan anak-anak dan remaja.
Kondisi Literasi di Medan
Jika kita melihat data dari UNESCO, literasi menjadi salah satu indikator utama yang menentukan perkembangan suatu negara. Sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan data dari World's Most Literate Nations yang dirilis oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara. Meskipun sejak saat itu telah ada berbagai upaya untuk meningkatkan literasi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak daerah, termasuk Medan, masih kekurangan fasilitas literasi seperti perpustakaan atau rumah baca yang memadai.
Medan, sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, seharusnya menjadi pionir dalam menyediakan fasilitas pendidikan, terutama rumah baca yang mudah diakses oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Namun, di beberapa kecamatan, terutama di daerah pinggiran, masih sangat sulit menemukan rumah baca yang layak. Anak-anak dari keluarga kurang mampu, yang mungkin tidak memiliki cukup uang untuk membeli buku, akhirnya kesulitan untuk mengakses bacaan berkualitas. Tanpa adanya tempat yang mendorong minat baca dan pembelajaran, bagaimana mereka bisa berkembang dan bersaing di dunia yang semakin global?
Pentingnya Rumah Baca bagi Generasi Muda
Rumah baca tidak hanya memberikan akses kepada buku, tetapi juga menjadi tempat untuk membangun kebiasaan membaca sejak dini. Anak-anak yang terbiasa membaca memiliki kesempatan lebih besar untuk sukses di sekolah dan di kehidupan mereka kelak. Sebuah studi dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa anak-anak yang sering membaca, baik di rumah maupun di tempat-tempat umum seperti rumah baca, memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis yang lebih baik dibandingkan mereka yang jarang membaca. Literasi membaca juga berkorelasi langsung dengan kemampuan mereka dalam memahami berbagai materi pelajaran di sekolah, mulai dari matematika hingga ilmu sosial.
Di Medan, banyak anak-anak yang sebenarnya memiliki keinginan besar untuk belajar, tetapi terkendala oleh kurangnya akses ke buku. Jika Anda sebagai calon walikota bisa memperbanyak rumah baca, terutama di daerah-daerah yang minim fasilitas pendidikan, Anda tidak hanya akan memberikan mereka akses terhadap pengetahuan, tetapi juga membangun fondasi masa depan yang lebih baik. Rumah baca juga bisa berfungsi sebagai ruang kreatif di mana anak-anak bisa mengeksplorasi berbagai minat, mulai dari sains hingga seni, yang mungkin tidak mereka temui di sekolah formal.
Rumah Baca sebagai Solusi Sosial
Selain manfaatnya dari sisi pendidikan, rumah baca juga memiliki dampak sosial yang sangat positif. Di era digital ini, kita sering mendengar kekhawatiran tentang anak-anak yang terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar gadget tanpa mendapatkan manfaat edukatif. Rumah baca bisa menjadi solusi nyata untuk masalah ini. Dengan menyediakan tempat yang nyaman dan menarik bagi anak-anak dan remaja untuk menghabiskan waktu, kita bisa mengurangi risiko kecanduan gadget dan memberi mereka pilihan yang lebih baik untuk mengembangkan potensi mereka.
Tidak hanya itu, rumah baca juga bisa menjadi tempat interaksi sosial yang sehat. Di sini, anak-anak dari berbagai latar belakang bisa bertemu, berbagi ide, dan belajar bersama. Hal ini dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan mendorong terciptanya rasa kebersamaan di masyarakat. Dengan demikian, rumah baca bukan hanya membantu dalam meningkatkan literasi, tetapi juga dalam membangun kohesi sosial yang lebih kuat.
Bukti Kesuksesan Rumah Baca di Daerah Lain
Bukti nyata bahwa rumah baca dapat memberikan dampak positif terlihat di berbagai kota yang telah lebih dulu mengembangkan fasilitas ini. Misalnya, di Yogyakarta, salah satu kota yang dikenal dengan budaya literasinya, rumah baca dan perpustakaan kecil tersebar di banyak tempat. Hasilnya, Yogyakarta menjadi kota dengan tingkat literasi yang tinggi dan menghasilkan banyak penulis, seniman, serta intelektual muda. Selain itu, di Bandung, program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang didukung dengan adanya rumah baca di berbagai sekolah telah menunjukkan peningkatan minat baca yang signifikan di kalangan siswa.
Jika kota-kota lain bisa sukses dalam meningkatkan literasi masyarakatnya melalui penyediaan rumah baca, mengapa Medan tidak bisa melakukan hal yang sama? Potensinya sangat besar, tinggal bagaimana Anda, sebagai calon walikota, berani membuat komitmen untuk berinvestasi pada literasi.
Langkah yang Bisa Diambil
Tentu, membangun rumah baca bukan hanya soal menyediakan bangunan fisik, tetapi juga harus diikuti dengan pengelolaan yang baik dan berkelanjutan. Beberapa langkah konkret yang bisa Anda ambil sebagai calon walikota Medan antara lain:
Membangun Rumah Baca di Setiap Kecamatan: Pastikan setiap kecamatan di Medan memiliki setidaknya satu rumah baca yang mudah diakses oleh masyarakat sekitar. Fokus pada daerah-daerah pinggiran yang paling membutuhkan.
Melengkapi dengan Buku dan Fasilitas Digital: Rumah baca harus dilengkapi dengan koleksi buku yang berkualitas dan beragam. Selain itu, fasilitas digital seperti komputer dan akses internet juga penting untuk mendukung pembelajaran di era modern ini.
Mengadakan Pelatihan untuk Pengelola Rumah Baca: Rumah baca yang baik membutuhkan pengelola yang kompeten. Pastikan ada pelatihan untuk para pengelola agar mereka bisa mengelola rumah baca dengan efektif dan ramah kepada pengunjung.
Melibatkan Komunitas dan Relawan: Libatkan komunitas lokal dan relawan untuk berpartisipasi dalam pengelolaan dan kegiatan di rumah baca. Dengan begitu, rumah baca bisa menjadi tempat yang dinamis dan berkelanjutan.
Mengadakan Program Literasi dan Diskusi: Selain menyediakan buku, rumah baca juga bisa mengadakan berbagai program literasi, seperti kelas menulis, diskusi buku, atau kegiatan kreatif lainnya. Ini akan menarik minat masyarakat untuk lebih sering datang ke rumah baca.
 Harapan untuk Masa Depan Literasi di Medan
Rumah baca bukan hanya sekadar bangunan tempat menyimpan buku, tetapi juga simbol dari harapan akan masa depan yang lebih cerah. Jika Anda, sebagai calon walikota Medan, bisa mewujudkan komitmen untuk memperbanyak rumah baca di kota ini, maka Anda akan membantu mencetak generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Perbanyaklah rumah baca di Medan, dan mari bersama-sama kita bangun kota yang tidak hanya maju secara fisik, tetapi juga unggul dalam kualitas sumber daya manusianya.
Dengan komitmen ini, kita bisa mewujudkan Medan sebagai kota literasi yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H