Kasus kebocoran data tidak boleh dianggap sepele. Hampir setiap tahun, pasti ada berita tentang data pribadi yang bocor selalu menghiasi media massa, mulai dari data pelanggan e-commerce, pengguna aplikasi kesehatan, hingga informasi sensitif perusahaan besar. Dampaknya pun tidak main-main, mulai dari penyalahgunaan identitas, penipuan online, hingga ancaman pada keamanan privasi masyarakat. Pertanyaannya, kapan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) benar-benar berbenah dan bertindak tegas dalam menangani masalah ini?
Kebocoran Data yang Berulang
Sejumlah kasus kebocoran data yang pernah terjadi di Indonesia sudah cukup untuk membuat siapa pun waspada. Sebagai contoh, pada tahun 2020, data 91 juta pengguna Tokopedia dilaporkan bocor dan diperjualbelikan di forum online. Setahun kemudian, 279 juta data penduduk yang berasal dari BPJS Kesehatan juga dikabarkan bocor dan diakses oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Tidak hanya itu, kebocoran data pengguna aplikasi kesehatan seperti eHAC pada tahun 2021 semakin memperkuat fakta bahwa sistem keamanan digital di Indonesia masih sangat rentan.
Ironisnya, di tengah rentetan kebocoran ini, langkah-langkah yang diambil oleh Kominfo sering kali terkesan lambat dan tidak memberikan solusi jangka panjang. Pemerintah tampaknya lebih fokus pada tindakan reaktif menunggu kejadian bocor terlebih dahulu sebelum bertindak. Padahal, idealnya, sistem keamanan digital seharusnya memiliki pendekatan preventif yang kuat, di mana segala ancaman dapat dideteksi dan dicegah sebelum terjadi.
Dampak Nyata bagi Masyarakat
Kamu mungkin berpikir, "Mengapa kebocoran data begitu penting? Apa pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari?" Jawabannya jelas: kebocoran data dapat berdampak langsung pada kamu dan semua orang. Data pribadi seperti nama lengkap, alamat, nomor identitas, hingga informasi medis dapat disalahgunakan oleh pelaku kejahatan. Bayangkan, jika data medis kamu yang sangat pribadi bocor, itu dapat digunakan untuk hal-hal yang merugikan, seperti diskriminasi atau bahkan pemerasan.
Selain itu, dengan data pribadi yang bocor, risiko pencurian identitas menjadi semakin tinggi. Pelaku kejahatan siber dapat menggunakan identitas orang lain untuk melakukan berbagai transaksi ilegal, penipuan, atau bahkan mengajukan pinjaman atas nama kamu tanpa kamu sadari. Hal ini tentu sangat berbahaya dan bisa merusak reputasi pribadi serta keuangan seseorang.
Kasus penipuan melalui telepon yang semakin marak, di mana pelaku sudah memiliki detail informasi pribadi korban, juga kerap kali berasal dari kebocoran data. Ini bukan lagi sekadar ancaman digital yang jauh dari keseharian kita, melainkan sesuatu yang sudah meresap dan mengganggu kenyamanan hidup kita sehari-hari.
Peran Kominfo yang Masih Lemah
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas keamanan informasi di Indonesia, Kominfo seharusnya memiliki peran yang lebih aktif dan tegas dalam melindungi data pribadi masyarakat. Namun, hingga saat ini, tindakan yang dilakukan masih belum memadai. Banyak kasus kebocoran data yang direspons dengan permintaan maaf, tanpa adanya langkah konkret untuk memperbaiki sistem keamanan yang ada. Bahkan, hingga saat ini, payung hukum yang melindungi data pribadi masyarakat masih sangat terbatas.
Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), yang diharapkan menjadi benteng utama perlindungan data masyarakat, baru disahkan pada September 2022 setelah pembahasannya memakan waktu yang sangat lama. Meskipun UU ini diharapkan dapat meningkatkan perlindungan data, implementasinya masih jauh dari harapan. Regulasi tanpa pengawasan dan penerapan yang ketat tidak akan berarti apa-apa. Kominfo perlu berbenah dalam hal pengawasan dan pelaksanaan kebijakan ini, memastikan semua pihak, termasuk perusahaan teknologi, tunduk pada aturan yang ada.
Kominfo harus mengambil langkah tegas dalam memastikan setiap perusahaan teknologi yang beroperasi di Indonesia memiliki standar keamanan data yang tinggi. Perusahaan-perusahaan besar, terutama yang menyimpan data pribadi pengguna, harus diwajibkan untuk menjalani audit keamanan secara berkala, serta meningkatkan perlindungan sistem mereka dari ancaman siber.
Langkah Konkret yang Perlu Dilakukan
Kominfo tidak bisa lagi hanya mengandalkan langkah-langkah reaktif yang dilakukan setelah masalah muncul. Dibutuhkan pendekatan yang lebih sistematis dan menyeluruh untuk mencegah kebocoran data di masa depan. Berikut adalah beberapa langkah konkret yang seharusnya diambil:
Peningkatan Standar Keamanan Siber
Kominfo harus menetapkan standar keamanan siber yang lebih ketat untuk semua penyedia layanan digital di Indonesia. Perusahaan yang gagal memenuhi standar ini harus diberikan sanksi tegas. Langkah ini akan memaksa perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi keamanan yang lebih canggih dan meminimalkan risiko kebocoran.Audit dan Sertifikasi Keamanan Secara Berkala
Setiap perusahaan yang mengelola data pribadi harus diwajibkan menjalani audit keamanan secara berkala. Ini akan memastikan bahwa sistem mereka selalu up-to-date dan siap menghadapi ancaman terbaru. Sertifikasi keamanan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi juga dapat menjadi jaminan bahwa perusahaan tersebut serius dalam menjaga data pengguna.Edukasi Masyarakat
Tidak hanya perusahaan yang perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya keamanan data. Masyarakat umum juga harus diedukasi tentang cara melindungi data pribadi mereka. Kominfo bisa menjalankan kampanye nasional untuk meningkatkan literasi digital dan kesadaran masyarakat terhadap ancaman kebocoran data.Penggunaan Teknologi Canggih
Investasi dalam teknologi canggih seperti kecerdasan buatan (AI) dan blockchain dapat membantu mendeteksi dan mencegah kebocoran data sebelum terjadi. AI dapat digunakan untuk memantau anomali dalam akses data, sementara blockchain dapat memberikan keamanan tambahan melalui desentralisasi data.Kerjasama Internasional
Mengingat serangan siber sering kali bersifat lintas negara, Kominfo juga perlu menjalin kerjasama dengan negara lain dalam hal pertukaran informasi dan teknologi keamanan. Kerjasama ini akan memudahkan dalam mendeteksi dan mencegah serangan yang mungkin datang dari luar negeri.
Kapan Kominfo Akan Berbenah?
Pertanyaan ini menjadi sorotan utama, terutama di tengah semakin meningkatnya jumlah pengguna internet dan aplikasi digital di Indonesia. Kamu mungkin bertanya-tanya, apakah Kominfo benar-benar memahami urgensi dari masalah ini? Masyarakat semakin kritis, dan ketidakmampuan Kominfo dalam menangani kebocoran data dapat mengikis kepercayaan publik terhadap pemerintah, terutama dalam hal pengelolaan dunia digital.
Untuk itu, Kominfo harus segera berbenah. Tidak cukup dengan retorika atau janji-janji belaka, tindakan nyata sangat dinantikan. Keamanan data pribadi adalah hak setiap warga negara, dan sebagai lembaga yang memiliki tanggung jawab atas hal ini, Kominfo harus memastikan bahwa hak tersebut dilindungi dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulan
Kebocoran data yang terus-menerus terjadi di Indonesia menjadi cermin bahwa ada masalah mendasar dalam sistem keamanan digital kita. Kominfo, sebagai lembaga yang bertanggung jawab, perlu segera mengambil langkah konkret dan proaktif untuk mengatasi masalah ini. Perlindungan data pribadi bukanlah hal yang bisa diabaikan, dan masyarakat berhak atas keamanan dan privasi informasi mereka. Kapan Kominfo akan berbenah? Waktu untuk bertindak adalah sekarang, sebelum kebocoran data berikutnya mengancam privasi kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI