Masalah sampah di Indonesia telah menjadi perbincangan publik selama bertahun-tahun. Setiap hari, ratusan ton sampah dihasilkan dari berbagai aktivitas, baik di kota maupun di pedesaan. Namun, ironisnya, pengelolaan sampah di negara ini masih sangat buruk dan jauh dari kata ideal. Tumpukan sampah yang semakin hari semakin tinggi di tempat pembuangan akhir (TPA) menjadi pemandangan yang tak asing lagi. Pertanyaan yang mengemuka adalah: mengapa masalah sampah di Indonesia seolah tak bisa diselesaikan?
Rendahnya Kesadaran Masyarakat
Salah satu akar permasalahan yang paling mendasar adalah rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Hingga saat ini, banyak orang yang masih membuang sampah sembarangan tanpa memikirkan dampak jangka panjangnya. Laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 24% sampah di Indonesia tidak dikelola dengan benar dan berakhir mencemari lingkungan .
Masalah ini tidak hanya terjadi di wilayah pedesaan, tetapi juga di kota-kota besar. Sampah plastik dan sampah rumah tangga sering kali ditemukan berserakan di jalanan, sungai, dan pantai. Ini menunjukkan bahwa budaya memilah dan mengelola sampah masih jauh dari kata implementasi yang diharapkan. Meskipun pemerintah dan berbagai organisasi lingkungan telah mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, namun hasilnya sama sekali belum signifikan. Tanpa adanya perubahan perilaku dari masyarakat, masalah sampah akan terus menjadi momok bagi Indonesia.
Kurangnya Infrastruktur Pengelolaan Sampah yang Memadai
Selain faktor kesadaran masyarakat, minimnya infrastruktur pengelolaan sampah juga menjadi kendala utama dalam menyelesaikan masalah ini. Banyak daerah, terutama di pedalaman dan kota-kota kecil, belum memiliki fasilitas pengelolaan sampah yang memadai. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 35% wilayah di Indonesia belum memiliki akses terhadap fasilitas pengelolaan sampah yang layak . Sampah hanya dikumpulkan, lalu dibuang ke TPA tanpa melalui proses daur ulang atau pengolahan yang baik.
TPA di Indonesia pun sebagian besar sudah overkapasitas. Perlu diketahui TPA Bantargebang, adalah salah satu TPA terbesar di Asia Tenggara yang berlokasi di Bekasi, menerima sampah dari Jakarta hingga mencapai 7.000 ton setiap harinya . Kondisi ini tidak hanya menyebabkan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata, tetapi juga menimbulkan berbagai risiko lingkungan, seperti pencemaran air tanah dan emisi gas metana yang dapat mempercepat pemanasan global.
Kebijakan Pengelolaan Sampah yang Lemah
Di sisi lain, kebijakan pengelolaan sampah yang diterapkan oleh pemerintah belum berjalan optimal. Meskipun Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, penerapan aturan ini masih seringkali tidak tegas. Sanksi bagi mereka yang melanggar aturan membuang sampah sembarangan juga jarang diterapkan secara konsisten. Akibatnya, masyarakat tidak perna merasa jera atau tergerak untuk mengubah perilaku mereka.
Selain itu, kebijakan yang ada lebih bersifat reaktif daripada preventif. Pemerintah cenderung fokus pada penanganan sampah yang sudah ada, ketimbang mendorong upaya-upaya untuk mengurangi produksi sampah dari sumbernya. Ini terlihat dari minimnya program pengelolaan sampah yang berkelanjutan, seperti edukasi pengurangan sampah plastik atau insentif untuk daur ulang sampah.
Bahkan, ketika program daur ulang diterapkan, pelaksanaannya sering kali terhambat oleh kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah. Misalnya, program "Bank Sampah" yang dimulai pada tahun 2008 sebenarnya merupakan inisiatif yang baik, namun masih banyak daerah yang tidak mampu menjalankan program ini secara maksimal karena keterbatasan sumber daya dan dana .
Sampah Plastik: Ancaman Besar bagi Lingkungan
Di antara semua jenis sampah yang ada, sampah plastik menjadi salah satu yang paling banyak dan tidak terbendung. Setiap tahun, Indonesia menghasilkan sekitar 3,2 juta ton sampah plastik, dengan 1,29 juta ton di antaranya berakhir di lautan . Ini menjadikan Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah China .
Sampah plastik tidak hanya mencemari lautan, tetapi juga mengancam kehidupan satwa laut. Banyak hewan laut, seperti penyu dan ikan, secara tidak sengaja menelan plastik yang disangka sebagai makanan, yang pada akhirnya menyebabkan kematian satwa-satwa tersebum. Selain itu, plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, sehingga pencemaran ini akan terus berlanjut dalam jangka waktu yang sangat lama jika tidak segera ditangani.
Solusi Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan
Meskipun tantangan yang dihadapi sangat besar, bukan berarti masalah ini tidak bisa diatasi. Ada beberapa langkah konkret yang bisa diambil untuk memperbaiki pengelolaan sampah di Indonesia.
Pertama, pemerintah perlu meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh layanan ini. Pengembangan fasilitas daur ulang dan pabrik pengolahan sampah harus menjadi prioritas. Selain itu, program-program pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi masyarakat, seperti bank sampah dan pengomposan, perlu diperluas cakupannya.
Kedua, perlu adanya peningkatan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya memilah sampah. Sosialisasi mengenai bahaya sampah plastik dan pentingnya daur ulang harus digalakkan, baik melalui media massa, sekolah, maupun komunitas lokal. Masyarakat perlu memahami bahwa tindakan kecil, seperti membawa tas belanja sendiri atau mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan.
Ketiga, penerapan sanksi yang tegas bagi pelanggar aturan harus dijalankan. Pemerintah harus lebih serius dalam menegakkan peraturan terkait pengelolaan sampah. Jika aturan diterapkan dengan konsisten, diharapkan masyarakat akan lebih disiplin dalam mengelola sampah mereka.
Terakhir, sektor swasta juga dapat berperan dalam upaya pengelolaan sampah ini. Perusahaan dapat didorong untuk menghasilkan produk yang lebih ramah lingkungan, seperti kemasan biodegradable, serta mendukung program pengelolaan sampah melalui dana corporate social responsibility (CSR). Selain itu, inovasi teknologi juga dapat membantu memecahkan masalah ini, misalnya dengan memanfaatkan teknologi daur ulang modern yang lebih efisien.
Kesimpulan
Polemik sampah di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Pengelolaan sampah yang masih buruk, rendahnya kesadaran masyarakat, serta minimnya infrastruktur dan kebijakan yang tidak tegas menjadi faktor utama yang memperburuk kondisi ini. Jika tidak ada upaya yang signifikan untuk memperbaiki situasi ini, masalah sampah akan terus membayangi masa depan Indonesia, baik dari segi lingkungan, kesehatan, maupun kualitas hidup masyarakat.
Namun, di balik semua tantangan tersebut, masih ada harapan. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta penerapan kebijakan yang lebih tegas dan berkelanjutan, Indonesia bisa keluar dari krisis sampah ini. Pengelolaan sampah yang baik tidak hanya akan membuat lingkungan menjadi lebih bersih, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup dan menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang.
Apakah kamu akan turut ambil bagian dalam perubahan ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H