Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

FOMO Skincare Menghantui Remaja, Apa Dampaknya?

28 September 2024   13:12 Diperbarui: 28 September 2024   13:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merawat Wajah. Pixabay.com/JohnOndreasz 

Tidak dapat dipungkiri, FOMO skincare juga berdampak pada kesehatan mental remaja. Tekanan untuk selalu tampil sempurna, ditambah dengan kekhawatiran terus-menerus karena merasa tertinggal dari tren, dapat menyebabkan stres dan kecemasan. 

Remaja yang terus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial sering kali merasa tidak puas dengan penampilan mereka, meskipun sudah menggunakan berbagai produk skincare. Rasa cemas ini lambat laun bisa berkembang menjadi gangguan kecemasan atau depresi.

Remaja yang terjebak dalam siklus ini mungkin merasa lelah secara emosional. Alih-alih merawat diri dengan penuh cinta dan perhatian, mereka terjebak dalam pola pikir bahwa mereka tidak pernah cukup. Mereka menjadi terobsesi untuk mendapatkan kulit yang sempurna, yang pada akhirnya justru memperburuk kesejahteraan mental mereka. 

Pada tahap tertentu, mereka bahkan bisa kehilangan kesenangan dalam menjalani rutinitas perawatan kulit, karena yang ada di pikiran mereka hanyalah hasil akhir yang tidak pernah sempurna di mata mereka sendiri.

Pentingnya Sikap Bijak dalam Menghadapi Tren Skincare

Untuk keluar dari jerat FOMO skincare, penting bagi remaja untuk mulai memahami bahwa tren bukanlah sesuatu yang harus selalu diikuti. Setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda-beda dan kebutuhan yang unik. Apa yang cocok untuk satu orang belum tentu cocok untuk orang lain. Oleh karena itu, daripada terburu-buru mengikuti tren, remaja sebaiknya lebih fokus pada kebutuhan kulit mereka sendiri.

Salah satu langkah bijak yang bisa dilakukan adalah dengan berkonsultasi kepada dokter kulit atau ahli kecantikan. Dengan demikian, remaja bisa mendapatkan rekomendasi yang lebih tepat sesuai dengan kondisi kulit mereka. 

Selain itu, remaja juga perlu belajar untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka dapatkan di media sosial. Tidak semua produk yang viral cocok untuk semua jenis kulit, dan tidak semua klaim kecantikan yang mereka lihat di internet sesuai dengan realitas.

Menyadari bahwa kecantikan sejati bukan hanya soal tampilan luar, tetapi juga tentang kesehatan dan rasa percaya diri, dapat membantu remaja untuk lebih percaya pada diri sendiri. Kesehatan kulit yang baik tidak selalu datang dari produk mahal atau tren terbaru, tetapi dari perawatan yang tepat dan konsisten sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Kesimpulan

FOMO skincare adalah fenomena yang bisa membawa dampak negatif bagi remaja, baik dari segi fisik, psikologis, finansial, maupun kesehatan mental. Tekanan sosial untuk selalu tampil sempurna, konsumsi produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan, serta ketidakpuasan yang terus-menerus bisa membuat remaja terjebak dalam lingkaran yang tidak sehat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun