Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak dengan Down Syndrome Bukan Aib, Mengubah Stigma dan Memahami

26 September 2024   16:39 Diperbarui: 26 September 2024   16:47 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak dengan Down Syndrome. Pixabay.com/imslavinsky 

Selain itu, dukungan yang tepat dari keluarga dan lingkungan dapat membantu anak-anak dengan Down syndrome mencapai banyak hal. Pendidikan inklusif, misalnya, telah terbukti efektif dalam membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus beradaptasi dan belajar bersama anak-anak lainnya. 

Ketika anak-anak ini diberi kesempatan yang sama, mereka bisa mengembangkan kemampuan intelektual, sosial, dan emosional yang optimal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memandang Down syndrome bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai kesempatan untuk memberikan kasih sayang dan perhatian ekstra.

Menyadari Potensi Anak dengan Down Syndrome

Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah meremehkan potensi anak dengan Down syndrome. Padahal, mereka memiliki kemampuan untuk belajar, tumbuh, dan berkembang jika diberikan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Misalnya, metode pembelajaran yang lebih individual, dukungan terapi wicara, serta latihan motorik halus dan kasar dapat membantu mereka mengatasi tantangan perkembangan. Banyak anak dengan Down syndrome mampu menguasai keterampilan-keterampilan penting, seperti membaca, menulis, dan berinteraksi sosial, meskipun mungkin memerlukan waktu yang lebih lama.

Tidak hanya itu, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak dengan Down syndrome memiliki kemampuan emosional yang kuat. Mereka cenderung lebih empatik, penyayang, dan memiliki keterikatan emosional yang mendalam dengan orang-orang di sekitar mereka. Hal ini sering kali memberikan dampak positif bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya, karena kehadiran mereka bisa mengajarkan nilai-nilai tentang kesabaran, kasih sayang, dan penerimaan.

Mengubah Cara Pandang Masyarakat

Stigma sosial terhadap anak-anak dengan Down syndrome masih menjadi hambatan besar dalam menciptakan lingkungan yang inklusif. Banyak orang tua merasa khawatir dengan bagaimana masyarakat akan memandang anak mereka yang lahir dengan kondisi ini. Hal ini sering kali menyebabkan perasaan malu dan enggan untuk terbuka tentang situasi yang sebenarnya. Namun, penting bagi kita semua untuk mengubah cara pandang ini.

Langkah pertama adalah dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang apa itu Down syndrome. Edukasi publik sangat penting untuk menghilangkan kesalahpahaman dan stereotip negatif yang selama ini melekat. Sekolah-sekolah, media massa, serta pemerintah memiliki peran penting dalam menyebarkan informasi yang akurat tentang Down syndrome. 

Misalnya, kampanye-kampanye yang menyoroti prestasi anak-anak dengan Down syndrome dapat membantu mengubah persepsi masyarakat bahwa mereka tidak berbeda dari anak-anak lainnya dalam hal hak dan kesempatan.

Selain itu, lingkungan keluarga juga harus menjadi tempat yang aman dan penuh kasih bagi anak dengan Down syndrome. Banyak orang tua yang berhasil menunjukkan bahwa, dengan dukungan yang tepat, anak-anak ini bisa tumbuh dengan bahagia dan sehat. 

Salah satu bentuk dukungan yang bisa diberikan adalah dengan bergabung dalam komunitas atau kelompok pendukung orang tua yang memiliki anak dengan kondisi yang sama. Di sana, kamu bisa berbagi pengalaman, mendapatkan informasi, dan merasa bahwa kamu tidak sendirian dalam menghadapi tantangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun