Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Medan

Musim Hujan Tiba, Banjir Menjadi Momok Menakutkan Termasuk di Kota Medan

16 September 2024   08:24 Diperbarui: 16 September 2024   08:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com/trilemedia 

Memasuki Musim penghujan selalu membawa tantangan tersendiri bagi banyak wilayah di Indonesia. Salah satu masalah yang mungkin sulit di selesaikan adalah banjir yang kerap melanda daerah yang ada di Indonesia, termasuk Kota Medan. Setiap kali hujan deras turun, perasaan khawatir mulai menghantui warga Medan, mengingat banjir bukan lagi sekadar potensi, melainkan kenyataan yang terjadi hampir setiap tahun. Fenomena ini semakin memperkuat pandangan bahwa banjir telah menjadi momok yang menakutkan, terlebih di musim penghujan seperti sekarang.

Kota Medan, sebagai salah satu kota terbesar di Sumatera Utara, sudah sering kali menghadapi banjir yang diakibatkan oleh buruknya sistem drainase. Setiap kali curah hujan tinggi, air yang seharusnya tersalurkan dengan baik justru meluap dan menggenangi jalan-jalan utama, perumahan, hingga pusat-pusat perdagangan. Hal ini menyebabkan lumpuhnya aktivitas masyarakat. Masalah drainase yang buruk menjadi penyebab utama banjir, di mana sistem pengelolaan air yang ada saat ini tidak mampu menampung debit air yang terus meningkat.

Tidak bisa dimungkiri, masalah sampah juga memperburuk situasi banjir di Medan. Masyarakat yang gemar membuang sampah yang dibuang sembarangan, khususnya di parit dan sungai, menyumbat aliran air. Yang Akibatnya, air tidak dapat mengalir dengan lancar dan mengakibatkan genangan air yang berujung pada banjir. Masalah ini seharusnya bisa dihindari jika masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Sayangnya, kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan masih menjadi pemandangan yang umum di berbagai sudut kota.

Selain itu, faktor urbanisasi yang semakin pesat di Kota Medan turut memperparah kondisi banjir. Banyak area resapan air yang kini beralih fungsi menjadi bangunan komersial, perumahan, atau jalan raya. Daerah-daerah yang dulunya hijau dan mampu menyerap air hujan kini hilang, digantikan oleh beton dan aspal. Pertumbuhan kota yang tidak diimbangi dengan perencanaan tata ruang yang baik menjadikan Medan semakin rentan terhadap banjir. Dalam konteks ini, peran pemerintah dalam merencanakan pembangunan yang ramah lingkungan sangat diperlukan.

Tidak hanya itu, perubahan iklim global juga menjadi faktor yang mengakibatkan meningkatnya frekuensi banjir. Perubahan pola cuaca yang semakin tidak menentu mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi terjadi lebih sering dari biasanya. Perubahan iklim juga menyebabkan curah hujan turun dalam durasi yang singkat namun dengan volume yang besar, sehingga membuat drainase kota tidak mampu menampung air dalam waktu singkat. Fenomena ini menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim tidak bisa diabaikan, dan kita harus segera beradaptasi dengan kondisi alam yang semakin berubah.

Dampak banjir di Kota Medan tidak hanya terasa dari segi infrastruktur yang rusak, tetapi juga memengaruhi kesehatan dan perekonomian masyarakat. Saat banjir terjadi, air yang menggenang di jalanan dan perumahan berpotensi menyebarkan penyakit. Wabah seperti demam berdarah dan diare sering kali merebak setelah banjir, terutama karena lingkungan yang kotor dan air yang tercemar. Kesehatan masyarakat pun menjadi taruhannya, terlebih bagi anak-anak dan lansia yang lebih rentan terhadap penyakit.

Di sisi ekonomi, banjir mengakibatkan kerugian besar bagi warga. Banjir yang melanda area perdagangan dan industri menyebabkan operasional bisnis terganggu. Para pedagang harus menutup toko mereka karena akses jalan terhambat, dan barang dagangan rusak terkena air. Kondisi ini juga berdampak pada masyarakat yang kehilangan penghasilan harian, terutama bagi pekerja informal seperti pedagang kaki lima dan ojek online. Dalam jangka panjang, banjir bisa menurunkan daya beli masyarakat dan melemahkan perekonomian lokal.

Tentu saja, banjir tidak bisa dibiarkan terus-menerus menghantui Kota Medan. Langkah-langkah nyata perlu segera diambil oleh berbagai pihak. Pemerintah Kota Medan harus lebih serius dalam mengatasi masalah ini. Pembangunan infrastruktur yang lebih baik, khususnya sistem drainase, sangat mendesak untuk dilakukan. Selain itu, program-program penghijauan kota perlu digalakkan kembali untuk mengembalikan fungsi alam sebagai daerah resapan air. Dengan adanya area hijau yang cukup, air hujan dapat diserap lebih baik dan mengurangi risiko banjir.

Tidak hanya pemerintah, masyarakat Medan juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah banjir. Kebiasaan membuang sampah sembarangan harus segera dihentikan. Edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus terus digalakkan, terutama di sekolah-sekolah dan komunitas-komunitas lokal. Jika masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan, setidaknya masalah banjir akibat tersumbatnya aliran air bisa diminimalisir.

Selain langkah preventif, perlu juga adanya sistem peringatan dini bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi terkait potensi banjir, sehingga warga bisa lebih siap menghadapi situasi darurat. Dengan adanya sistem ini, kerugian materi dan korban jiwa akibat banjir bisa dikurangi.

Pada akhirnya, banjir memang menjadi momok yang menakutkan, terutama bagi warga Kota Medan. Namun, dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, masalah ini bisa diatasi. Kita tidak bisa menunggu sampai banjir melanda baru bertindak. Langkah pencegahan harus dimulai sekarang, sebelum bencana yang lebih besar terjadi. Musim hujan tidak seharusnya menjadi ancaman, melainkan berkah bagi semua makhluk hidup. Kini saatnya kita mengambil tanggung jawab bersama demi masa depan Kota Medan yang lebih aman dan bebas dari banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun