Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anak Dianggap Beban: Budaya Child Free Makin Menjamur, Bagaimana dengan Indonesia?

11 September 2024   19:25 Diperbarui: 11 September 2024   19:28 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com/smpratt90 

Di era modern ini, semakin banyak individu dan pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak atau biasa disebut dengan budaya "child-free." Fenomena ini bukan lagi hal baru di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan sebagian besar negara Eropa. Namun, bagaimana tren ini di Indonesia? Apakah semakin banyak orang Indonesia yang memilih jalan hidup tanpa anak? Dan apa yang sebenarnya mendorong budaya child-free menjadi semakin populer?

Pilihan untuk menjalani hidup tanpa anak sering kali dihubungkan dengan faktor-faktor seperti kebebasan pribadi, karier, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil. Namun, di balik semua itu, ada pergeseran besar dalam cara orang memandang makna kehidupan dan keluarga. Di beberapa negara Barat, memiliki anak bukan lagi dianggap sebagai suatu keharusan, melainkan sebuah pilihan. Dengan semakin berkembangnya globalisasi dan teknologi, pandangan-pandangan ini pun mulai menyebar dan memengaruhi pola pikir generasi muda di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Apa Itu Budaya Child-Free?

Budaya child-free mengacu pada keputusan sukarela seseorang atau pasangan untuk tidak memiliki anak. Bagi sebagian orang, hidup tanpa anak menawarkan kebebasan yang lebih besar dalam hal waktu, finansial, dan kesempatan untuk fokus pada pencapaian pribadi. Dalam dunia yang semakin sibuk dan penuh tekanan, pilihan ini dianggap lebih cocok dengan gaya hidup modern. Beberapa alasan umum yang mendorong seseorang untuk memilih child-free antara lain adalah keinginan untuk menghindari tanggung jawab besar dalam mengasuh anak, menjaga kualitas hidup, hingga keprihatinan akan masalah lingkungan dan populasi dunia yang terus bertambah.

Di Indonesia, di mana nilai-nilai keluarga masih sangat dijunjung tinggi, budaya child-free menjadi topik yang kontroversial. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa tren ini mulai muncul, terutama di kalangan milenial dan Gen Z di kota-kota besar. Dengan semakin terbukanya akses informasi dan perubahan sosial yang signifikan, generasi muda Indonesia kini lebih berani untuk menyuarakan pilihan hidup mereka, termasuk soal tidak memiliki anak.

Mengapa Semakin Banyak Orang Memilih Child-Free?

Ada beberapa faktor utama yang menjadi alasan mengapa semakin banyak orang memilih hidup child-free. Salah satunya adalah kondisi ekonomi. Membesarkan anak membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dari kebutuhan sehari-hari, pendidikan, hingga kesehatan, semua memerlukan anggaran besar yang tidak semua orang siap untuk mengeluarkannya. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, biaya hidup yang tinggi menjadi salah satu alasan mengapa banyak pasangan memilih untuk menunda atau bahkan menghindari memiliki anak.

Selain itu, faktor karier juga menjadi pertimbangan. Di era modern, banyak perempuan yang ingin mengejar karier dan merasa bahwa memiliki anak bisa menjadi hambatan untuk mencapai puncak profesionalisme. Tidak hanya perempuan, banyak pria juga berpikir bahwa memiliki anak dapat membatasi ruang gerak mereka dalam mengejar ambisi dan kebebasan hidup.

Alasan lain yang tak kalah penting adalah kesehatan mental dan fisik. Beberapa pasangan memilih untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran akan tekanan mental dan fisik yang datang bersamaan dengan tanggung jawab mengasuh anak. Dalam budaya yang semakin menekankan pentingnya kesehatan mental, banyak individu yang merasa bahwa mereka tidak siap menghadapi stres tambahan yang mungkin muncul dengan kehadiran anak dalam kehidupan mereka.

Bagaimana Tren Ini di Indonesia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun