Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Apa Hanya Sekadar Mimpi?

20 Agustus 2024   21:35 Diperbarui: 23 Agustus 2024   16:10 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Alifia Kamelia (berdasi merah putih) bersama rekan rekannya yang berkebutuhan khusus di SDN Karangrejo 3 Banyuwangi. (Foto: KOMPAS.com/Ira Rachmawati)

Selain itu, tantangan yang paling sering diabaikan namun sangat berpengaruh adalah stigma yang masih melekat kuat di masyarakat. 

Anak berkebutuhan khusus sering kali dianggap sebagai "aib" dan tidak jarang mengalami diskriminatif. Kondisi ini tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga di lingkungan sosial bahkan keluarga mereka. 

Misalnya, ketika anak berkebutuhan khusus berusaha berbaur di masyarakat, mereka sering kali dijauhi atau bahkan diolok-olok. Kondisi seperti ini tidak hanya melukai perasaan mereka tetapi juga dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka.

Tidak hanya itu orang tua mereka juga mengalami kesulitan dimana mereka harus menghadapi berbagai kesulitan dan diskriminasi tak jarang.

Mereka juga harus berhadapan dengan tekanan mental akibat stigma yang melekat di masyarakat, dan juga ditambah mencari sekolah yang mau menerima anak mereka hingga memastikan anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak karena tidak banyak pilihan yang tersedia. 

Di tengah segala tantangan ini, muncul pertanyaan: apakah pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus hanya mimpi yang sulit diwujudkan? Jawabannya, tentu saja, tidak. 

Meski jalan menuju pendidikan yang inklusif masih panjang dan berliku, hal ini bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Kunci utama untuk mewujudkan mimpi ini terletak pada kerjasama dan komitmen dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, pendidik, hingga masyarakat luas.

Pertama, pemerintah perlu meningkatkan komitmennya dalam menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai bagi anak berkebutuhan khusus.

Ini termasuk memperbaiki infrastruktur sekolah, menyediakan alat bantu belajar yang sesuai, serta mengembangkan kurikulum yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan individu. 

Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa setiap guru mendapatkan pelatihan yang cukup dalam menangani anak berkebutuhan khusus dan keadaan mereka, sehingga para tenaga pengajar dapat memberikan pendidikan yang tepat dan berkualitas.

Kedua, masyarakat perlu mengubah cara pandangnya terhadap anak berkebutuhan khusus. Mereka bukanlah "beban" atau "masalah"  ataupun " aib" yang harus dihindari, melainkan individu yang memiliki potensi yang sama untuk berkembang seperti anak-anak lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun