Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang harus diterima oleh setiap anak tanpa terkecuali, termasuk anak berkebutuhan khusus.Â
Namun, di balik janji-janji manis kebijakan pendidikan inklusif yang sering digembar-gemborkan, tersimpan realitas yang sering kali jauh dari harapan.Â
Apakah pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus hanya sebatas mimpi yang sulit diwujudkan? Apakah mimpi ini akan terus berada di awang-awang, sementara ribuan anak dengan kebutuhan khusus masih berjuang untuk mendapatkan hak mereka?
Di Indonesia, pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus masih menghadapi segudang tantangan. Salah satunya adalah minimnya fasilitas yang memadai yang disedikan di sekolah-sekolah inklusif.Â
Banyak sekolah yang mengklaim diri sebagai sekolah inklusif, namun kenyataannya belum sepenuhnya siap menerima anak-anak istimewa ini.Â
Misalnya, fasilitas seperti ruang kelas yang ramah bagi anak dengan gangguan motorik, materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu, hingga alat bantu belajar masih sangat terbatas.Â
Hal ini membuat anak berkebutuhan khusus kesulitan untuk beradaptasi dan belajar dengan nyaman.
Tidak hanya fasilitas, keberadaan tenaga pengajar yang terlatih juga menjadi isu yang tak kalah penting. Banyak guru yang belum memiliki keterampilan khusus untuk mengajar anak dengan kebutuhan yang berbeda-beda.Â
Padahal, tidak bisa dipungkiri setiap anak berkebutuhan khusus memiliki tantangan unik yang memerlukan pendekatan khusus dalam pembelajaran.Â
Misalnya, anak dengan gangguan autisme memerlukan metode pengajaran yang berbeda dengan anak yang mengalami tunarungu atau tunanetra. Sayangnya, keterbatasan ini sering kali membuat anak-anak ini tertinggal jauh dari teman-teman sebayanya.