Hari itu menjelang jam makan siang, sebuah restoran di kawasan Ubud dekat Istana Ubud, yang menyajikan masakan khas Bali begitu padat. Puluhan orang duduk sambil asyik menyantap hidangan yang disajikan. Tidak ada social distancing. Karena sedang makan, tentu saja pengunjung tidak menggunakan masker. Hanya pramusaji yang bermasker.
Tidak ada pemeriksaan suhu, cuci tangan sebelum masuk seperti protokol kesehatan (prokes) yang selama ini didengung-dengungkan. Semua bebas, seperti tidak ada pandemi.Â
Sementara beberapa turis asing berlalu-lalang dengan santainya di kawasan yang siang itu begitu padat, tanpa menggunakan masker. Bebas saja.
Demikian juga kondisi resto di kawasan Gilimanuk yang menyajikan menu ayam betutu, semuanya berlangsung seperti kondisi biasa. Tersedia tempat cuci tangan, tetapi prokes tidak diterapkan sepenuhnya. Kerumunan terjadi, tiada jaga jarak.Sirkulasi udara di resto yang padat pengunjung itu terasa pengap.Â
Belum lagi cuaca panas yang menyelimuti siang itu, menambah gerah suasana. Namun hal itu tidak menyurutkan nafsu makan para pengunjung yang hadir di situ. Semua berjalan seperti pandemi telah berlalu.
Di kawasan Kintamani, di sebuah restoran yang lokasinya langsung menghadap ke gunung Batur, kondisinya masih lumayan teratur. Walau sempat memacetkan jalan Penelokan di depannya, prokes masih diterapkan.Â
Jaga jarak masih diberlakukan. Hanya pengunjung yang tak kuasa untuk melepas masker menikmati udara segar dengan hamparan indah panorama yang tersaji di depan mata.
Lain lagi di kawasan wisata utama seperti Garuda Wisnu Kencana (GWK), Pura Ulun Danu - Danau Beratan, Pura Tanah Lot dan Pura Uluwatu. Prokes lebih ketat diterapkan. Di GWK walau telah dibuka sejak 4 Desember 2020, jumlah pengunjung dibatasi dan sejumlah pertunjukan offair ditiadakan.Â
Antrean pengunjung untuk naik shuttle bus dari area parkir menuju loket tiket pun dijaga jaraknya. Sayangnya masih ada (lagi-lagi) turis asing yang berlalu-lalang tanpa menggunakan masker di kawasan itu. Sempat hendak memasuki area pameran di patung GWK, sepertinya ditolak masuk petugas keamanan setempat.
Barangkali satu-satunya area yang masih menyajikan tarian Kecak adalah Uluwatu. Seorang pemandu wisata menuturkan bahwa pertunjukan masih ada berdasarkan permintaan dari pengunjung, namun dibatasi maksimal 500 penonton dari kapasitas total 1500 tempat duduk.Â