Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bokor (1)

6 April 2019   14:23 Diperbarui: 6 April 2019   15:55 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

"Miss sweety, you not yet introduction for me... what  your anonymous? Then, how I call you of... fairy...? (Nona manis, kau belum memperkenalkan dirimu padaku... apa kau tidak punya nama? Lalu bagaimana aku memanggilmu... bidadari...?" tanya Boma sambil bertopang dagu memandangi keanggunan bersantap wanita itu yang mulai mencoba hidangannya. Bibir eksotisnya mulai belepotan minyak yang berkilau dibalik lumeran kental sambal pecel.

"My name ... is Muze...(Namaku...Muze...)"sahutnya dengan nada tercekat dan terkesan ragu-ragu menyatakan.

 "Ah, you definite joking... you quibble again with me, from all appearance... this aren't you a Japanese? (Ah, kau pasti bercanda... kau berdalih lagi padaku, kalau dilihat dari segala segi... bukankah kau ini orang Jepang? )" Boma tertawa kecil sambil kembali memainkan telunjuknya seperti wiper-arm di kaca mobil.

"Right, I'm Japanese and my name right Muze... and some time ago your name?  (Ya, aku orang Jepang dan namaku memang Muze... dan siapa tadi namamu...?)" wanita itu rupanya tidak begitu senang Boma mengidentifikasi dirinya seperti seorang interogator.

"Aih... this you, why name as Bomantara Koripan like that easy forgotten accidentally from you. Okay Miss Muze, call me only Boma... (Aih...anda ini, kenapa nama Bomantara Koripan begitu mudah terlupakan dari dirimu. Okay nona Muze, panggil saja aku Boma..." Boma mengulurkan tangannya dan mengajak Muze untuk berjabat tangan, karena tadi ia hanya secara lisan saja memperkenalkan diri yang mungkin membuat perkenalannya itu mudah dilupakan. Setidaknya dengan berjabat tangan seperti saling bersinergi untuk kontak fisik yang memandu aliran darah mensikronisasi otak untuk secara psikis memberi memorial yang kuat sebagai ingatan.

***

"Hey Boma, a while ago you say 'we' at the momen that present this food and drink.Then, why you alone in here,where that others...? ( Hai Boma, tadi kau katakan 'kami' saat penjelasan makanan dan minuman ini... lalu kenapa kau sendirian di sini, ke mana yang lainnya...?)" tanya Muze keheranan sambil menoleh ke segala area gerobak motor Boma untuk memastikan keberadaan lain selain mereka berdua.

"Ah, yes... that others still of students,They while studying now. They help preparation raw product in home and me that riding to sell.(Ah, ya... yang lainnya masih anak-anak sekolah, mereka sedang bersekolah saat ini. Mereka membantu pengolahan bahan dasar di rumah dan aku yang berkeliling untuk menjualnya.)" Ujar Boma beralasan yang juga sempat tercekat akibat kelepasan menjamakkan personalisasi yang tidak sesuai dengan kondisi dan situasinya seorang diri dalam berdikari saat itu.

Pembicaraan pun jadi menggantung dan gamang terkait identitas mereka masing-masing yang sepertinya sedang bermasalah saat itu. Namun, Boma berusaha tetap berpikir positif dan lebih terbuka daripada Muze yang kini mulai berbalik menginterogasi secara halus mendesak eksistensi dirinya berada di situ.

"Owh... so this family effort with your childs... then, where your wife... she not participate... or yourselves...?( Owh...jadi ini usaha keluarga bersama anak-anakmu ...lalu, ke mana istrimu... dia sendiri tidak ikut...atau kalian...?)" pertanyaan Muze yang menggantung di akhir kata itu benar-benar membuat Boma bagaikan tersambar petir di siang bolong untuk segera menanggapinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun